Publikasi

CPMH Sosialisasikan Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis

Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang
 

Nurul Kusuma H. M. Psi, Psikolog, Manager Center for Public Mental Health (CMPH) UGM dalam seminar yang diselenggarakan berbarengan acara Adolences Mental Stability Advocate Competition (AMSAC) 2025 di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK), Sabtu (24/5) mengatakan bahwa sesungguhnya Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis (P3LP) sudah adabuku sakunya untuk SMA bahkan untuk perguruan tinggi dan juga bagi anak-anak PAUD dan TK serta pondok pesantren yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Lantas, apa hubungannya kesehatan jiwa dengan dengan P3LP? Menurut Nurul, P3LP Pelengkap dari Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Di P3LP dikenal sebagai penolong pertama artinya"Semua jadi penolong pertama". "Kita semua adalah penolong pertama yang bisa memberikan pertolongan pertama psikologis pada yang membutuhkan,"jelas Nurul.

Menurut Nurul, mengapa sebagai penolong pertama harus paham terkait kesehatan jiwa. Sebab bisa ditunjukkan dengan naluri Anak PAUD yang secara insting bisa menemani duduk di sebelah seseorang yang sedang memiliki luka psikologis. Yang kedua, sebagai penolong juga perlu mempelajari tentang literasi kesehatan jiwa.

Bambang Purwanto dari Kemenkes dalam seminar juga mengatakan bahwa P3LP sebenarnya hal baru sebagai terobosan yang diterapkan ke segmen masyarakat. Dulu namanya pychological first aid. CMPH lah yang pertama kali sebagai pihak yang memberi masukan nama P3LP. "Kalau P3K, kecelakaan ada luka fisik, nah, kalau P3LK ada luka psikologis, " terang Bambang.

Wirdatul Anisa M. Psi., Psikolog Peneliti CMPH, narasumber lainnya menyatakan bahwa setelah memperhatikan situasinya, apakah ada yang perlu diperhatikan untuk yang ingin menolong dan untuk yang ditolong? Penting dilihat kondisi fisiknya ada yang perlu diobati dulu atau tidak, misalnya ada luka dalam seperti kasus pembullyan, lalu perhatikan pula reaksi stressnya apakah menangis, berteriak atau histeris atau bahkan linglung. Penolong bisa mendengarkan dan menjadi pendengar yang baik. Apa sih yang dipikirkan? Apa sih yang dialami?

"Kita tidak dapat menilai apa yang dari sudut pandang kita saja. Maka harus fokus dan hadir sepenuhnya. Tidak boleh sambil main HP. Sambil bercerita pada orang lain. Tidak boleh menghakimi. Atau tidak menyalahkan. Seringkali apa yang mereka butuhkan tidak kita penuhi maka hubungkan ke jaringan dengan pihak lain yang bisa bantu. Atau mengarahkan ke psikolog, " terang Wirdatul.
Ia menambahkan bahwa di Yogyakarta setiap puskesmas ada psikolog, atau hubungkan ke pihak lainnya. Jangan dibiarkan sendiri. Atau ditemani dulu.

Sosialisasi P3LP akan dilakukan di seluruh Indonesia. P3LP baru di-launching tahun lalu dan sosialisasi diberikan ke para tenaga kesehatan di puskesmas seluruh Indonesia.
Kemenkes sudah memberikan orientasi ke seluruh provinsi juga guru, sebagian dokter. Bisa dilihat di YouTube Ayo Sehat. (Astuti)