Kesehatan Mental menjadi isu yang saat ini sangat sering dibicarakan di semua kalangan. Bahkan sekarang ini istilah kesehatan mental di berbagai media sosial dipopulerkan oleh para konten kreator dengan membuat postingan sehingga istilah ini membumi. Begitu prolog yang disampaikan oleh Dorkas Febria, S.H. dalam siaran podcast Ngobrol bareng YAPHI (NGO-PHI) edisi ke-21 di YouTube Yayasan YAPHI, Sabtu (24/5). Bersama dengan host lainnya, Dunung Sukocowati, S.H., siaran kali ini menghadirkan psikiater, dr. Maria Rini Indriarti, Sp. K. J., M. Kes.
Hari kepedulian skizofrenia sedunia adalah peringatan atau suatu kampanye, bagaimana masyarakat memahami apa itu skizofrenia karena setiap orang baiknya tahu bahwa karena gejalanya yang demikian sangat berpengaruh terhadap kehidupannya. Jadi kalau istilahnya sampai sekarang adalah gangguan jiwa yang berat. Mengapa gangguan jiwa berat? Karena dalam kondisi dengan gejala-gejala yang semuanya ada, seperti kehilangan kemampuan dalam daya nilai realitas.
dr. Maria Rini lantas memberikan contoh daya kehilangan dan daya nilai realitas ini, misalnya gejalanya adalah paham keyakinan yang salah yang diyakini betul-betul atau dihayati oleh si penyandang ini, misalnya : waham "kejar", meyakini bahwa dirinya sedang di kantor dan akan terjadi sesuatu, ada sekelompok orang atau kondisi tertentu yang mengancam dirinya, mengancam jiwanya ini, benar-benar dia rasakan. "Jadi tampilannya karena dia merasa terancam, maka dia akan menjaga dirinya, mungkin dia akan membawa senjata tajam , mungkin, dia akan berperilaku sangat berhati-hati terhadap orang, terhadap kelompok, sehingga begitu ada yang berbicara, dua orang atau sekelompok orang, ia meyakini bahwa orang-orang itu berbicara tentang dirinya. Maka ia mulai membuat rencana untuk mencelakai, "tutur dr. Maria.
dr. Maria melanjutkan, secara, dia yakini itu benar terjadi pada dirinya, nah ini ada halusinasi ini. Halusinasi adalah salah satu gangguan persepsi. Jadi ketika seseorang mempersepsikan sesuatu misalnya ada rangsang yang ia tangkap, melalui indera, ada rangsangan visual yang ditangkap melalui indera mata, lantas diproses di otak kemudian otak mengatakan, "Oh ada perempuan yang cantik, "kemudian diproses sehingga menjadi, "Oh ini, ada suara yang begini. Suara itu ditujukan untuk saya dan sebagainya. Nah, dalam gangguan persepsi, proses ini terganggu," jelas dr. Maria Rini, Sp. K. J.
Seseorang yang dengan ketakutan membawa senjata tajam, orang lain tidak tahu apa yang dia pikirkan dan katakan. Nah, makanya penting sekali untuk masyarakat memahami tentang skizofrenia sehingga bisa memberikan penanganan atau mengelola kondisi,pengendalian kondisi sehingga dalam kondisi kegawatdaruratan yang perlu segera diberi penanganan, diselamatkan.
Ketika ada orang yang mengalami gangguan mental, berdampak ketika perilaku masyarakat sendiri tidak memberikan dukungan. Ketika tidak ada kepedulian lingkungan, maka akan berdampak semakin parah orang dengan skizofrenia ini.
Nah, kalau sekarang ini dengan kemajuan informasi dan edukasi serta komunikasi sudah bagus sehingga gangguan-gangguan jiwa bisa tertangani dengan segera dan itu mungkin tidak terlalu banyak, tetapi juga ternyata masih ada, contohnya, kalau terkait dengan bagaimana pemahaman dan bagaimana, masyarakat akhirnya berperilaku karena ketidaktahuan.
Jadi masih banyak di dalam masyarakat, orang dengan skizofrenia ini diasingkan, dalam arti dimasukkan dalam kamar, membatasi ruang gerak, membatasi kehidupan. Dia ditempatkan di ruangan yang sempit, dikurung atau istilahnya dipasung.
Dengan pelayanan kesehatan misalnya ada posyandu, itu bisa digerakkan sendiri dengan keterbukaan untuk menerima bahwa ada keluarga yang butuh pertolongan - dia memiliki gejala, dia punya suatu waham makanya harus harus segera tertangani. Jangan sampai menimbulkan suatu masalah baru. Juga bagaimana mengajak orang dengan skizofrenia ini untuk paham, bahwa "kamu ini loh butuh bantuan, butuh pertolongan."
Diakui oleh dr. Maria Rini, psikiater, bahwa terkait stigma ODS di masyarakat masih tinggi. Kemudian, untuk mengikisnya, ia mengatakan penting untuk mengedukasi masyarakat dan salah satu langkah bagi penyintas untuk mengikis stigma tersebut adalah dengan tilik diri yang bagus dan dengan mengikuti komunitas. (Ast)