Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang

Data dari SIMFONI PPPA hingga 29 September 2023 angka KDRT pada tahun 2023 lebih dari 10 ribu kasus dengan korban lebih 11 ribu orang dan sebagian besar adalah perempuan. Lalu tantangannya apa saja implementasi UU PKDRT? Dalam siaran Talkshow Ruang Publik KBR, dengan host Naomi Lyandra menghadirkan narasumber Merry Mardina, dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) dan Ratna Batara Munti, Direktur LBH APIK Jabar.



Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang

Secara umum, petunjuk berinteraksi dengan penyandang disabilitas adalah:

1. Fokuskan perhatian kepada orang yang Anda ajak berkomunikasi, bukan kepada difabilitasnya.

2. Jangan canggung untuk menyalami penyandang disabilitas. Termasuk menyalami penyandang disabilitas yang menggunakan prosthetics (tangan palsu atau kaki palsu) atau mereka yang mengalami keterbatasan gerak tangan. Mereka juga senang diajak bersalaman.

3. Jika Anda merasa bahwa seorang penyandang disabilitas membutuhkan bantuan, jangan ragu untuk menawarkan bantuan kepadanya. Setelah itu tunggu sampai ia menyatakan menerima bantuan Anda. Tanyakan bagaimana ia menginginkan Anda untuk membantunya.

Catatan: hal ini tidak berlaku dalam keadaan bahaya atau darurat.

4. Kursi roda, tongkat, alat bantu dengar, prosthetics atau alat bantu lain adalah bagian dari ruang gerak

penyandang disabilitas. Jangan memindahkan benda-benda tersebut tanpa persetujuan penggunanya.

5. Jangan menanyakan pertanyaan dengan berulang-ulang ini membuat penyandang disabilitas akan kehilangan mood dan merasa tidak dipercaya.

6. Usahakan untuk berbicara langsung kepada penyandang disabilitas tersebut dan tetap melakukan kontak mata. Hindarkan untuk berbicara satu arah melalui orang lain di dekatnya, penerjemah atau pendamping.

7. Berbicaralah dengan rileks dan dengan nada bicara yang wajar. Tetap santun. Mendengar, mengklarifikasi, menjelaskan, tidak terjebak

pada pertanyaan tertutup, tidak mengganti kata atau istilah yang tidak ia sulit. Dengan kata lain, gunakan kata atau kalimat yang mudah dimengerti.

 8. Mendengarkan dengan seksama, dan kreatif menggunakan media komunikasi.

 9. Tidak menertawakan. Tidak menyalahkan korban. Tidak berasumsi.Tidak melecehkan penyandang disabilitas. Tidak memberikan stigma negatif. Tidak menceramahi dan tidak membuat kesimpulan.

 

Berinteraksi dengan Rungu Wicara

1. Bicaralah dengan cara berhadapan langsung, ajah berhadapan dengan wajah dan tidak berbicara di telinganya. Berbicaralah dengan

kondisi pencahayaan yang baik. Dengan demikian, penyandang disabilitas rungu wicara dapat melihat wajah Anda dengan jelas dan dapat “membaca” kata-kata yang keluar dari mulut Anda. Jangan berbicara dari ruangan lain, hal ini untuk menghindari terjadinya salah pengertian. Jangan ada penghalang yang menutupi mulut. Anda dari pandangan dan tunggu sampai difabel rungu tersebut melihat Anda sebelum berbicara.

2. Berbicaralah dengan jelas. Perlahan-lahan tetapi secara alami, tanpa berteriak atau melebih-lebihkan gerakan mulut. Berteriak atau melebih-lebihkan gerakan mulut dapat membuat penyandang disabilitas rungu wicara kesulitan dalam membaca gerakan bibir.

3.Apabila Anda ingin memanggil orang yang bersangkutan, maka lakukan hal-hal ini. Tepuk pundak orang yang bersangkutan. Apabila ia menoleh, lanjutkan percakapan. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan menyalakan dan memadamkan secara bergantian sakelar lampu untuk menarik perhatiannya. Apabila perhatiannya sudah terfokus kepada Anda, maka Anda dapat melanjutkan percakapan.

4. Hindari berbicara terlalu cepat atau menggunakan kalimat yang terlalu rumit. Berbicaralah lebih lambat dan berikan jeda antar kalimat/ frase dan sebelum Anda melanjutkan pembicaraan. Pastikan bahwa lawan bicara Anda (penyandang disabilitas rungu wicara) sudah paham maksud Anda.

5. Jauhkan tangan Anda dari wajah pada saat berbicara. Pada saat Anda berbicara sambil makan, mengunyah, atau merokok, maka ucapan Anda akan lebih sulit dipahami. Jenggot dan kumis juga dapat mengganggu kemampuan penyandang disabilitas rungu wicara dalam membaca ucapan bibir.

6. Apabila penyandang disabilitas rungu wicara hanya dapat mendengar dengan satu telinga, cobalah untuk mengingat telinga sebelah mana yang berfungsi dengan baik. Dengan demikian, Anda akan mengetahui di mana harus

memosisikan diri.

7. Kebanyakan penyandang disabilitas rungu wicara mengalami kesulitan dalam memahami ucapan. Ini terjadi apabila terdapat suara bising lainnya.

Cobalah untuk meminimalkan suara-suara lain yang terjadi ketika Anda sedang berbicara.

8. Beberapa penyandang disabilitas rungu wicara sangat sensitif terhadap suara keras. Bila memungkinkan, hindari situasi yang memungkinkan timbulnya suara keras.

9. Jika penyandang disabilitas rungu wicara kesulitan dalam memahami frase atau kata tertentu, cobalah untuk menemukan cara yang berbeda untuk mengatakannya. Bisa juga menggunakan kata lain yang memiliki arti yang sama. Hindari untuk mengulangi kata yang tidak dimengerti secara berulang-ulang. Bisa juga menggunakan bahasa tubuh untuk menjelaskan maksud Anda.

10. Jelaskan kepada penyandang disabilitas rungu wicara mengenai topik umum dari percakapan. Hindari perubahan mendadak dari topik. Jika subjek pembicaraan berubah, katakan kepadanya apa yang sedang Anda bicarakan sekarang. Ulangi pertanyaan atau fakta-fakta kunci sebelum melanjutkan diskusi.

11. Jika Anda memberikan informasi spesifik, seperti waktu, tempat atau nomor telepon kepada penyandang disabilitas rungu wicara, minta mereka mengulangi hal tersebut. Banyak angka dan kata-kata yang terdengar sama.

12. Apabila memungkinkan, berilah informasi secara tertulis, seperti arah, jadwal, penugasan kerja, dan yang lainnya. Setiap orang, terutama penyandang disabilitas rungu wicara, memiliki kesulitan dalam membaca dan memahami ucapan bibir pada saat mereka sakit atau lelah.

13. Perhatikan lawan bicara Anda. Tanyakan kepada penyandang disabilitas rungu wicara, apakah mereka bisa memahami Anda atau tidak. Dengan demikian, Anda tahu bahwa pesan telah tersampaikan dengan baik.

14. Berbicaralah secara bergiliran dan hindari untuk memotong pembicaraan.

15. Jika berbicara dengan penyandang disabilitas yang mempunyai hambatan berbicara, perhatikan setiap pembicaraan mereka dengan kesabaran. Jangan memotong pembicaraan, atau merasa tahu dengan apa yang mereka katakan. Dengarlah, lalu beritahukan pemahaman Anda atas apa yang ia katakan untuk mengkonfirmasikan.

16. Jika berbicara dengan melibatkan penerjemah, jangan sekali-kali menghalangi atau berjalan di antara penerjemah atau interpreter dan pengguna layanan mereka. Hal itu akan memutus komunikasi antara penyandang disabilitas dan penerjemahnya.

17. Memantau penerjemah agar tetap fokus dan tidak menggunakan asumsi-asumsinya untuk menerjemahkan atas apa yang disampaikan kepada kita dan sebaliknya.

 

 C. Berinteraksi dengan Penyandang Disabilitas Netra

1. Jika berbicara dengan penyandang disabilitas netra, perkenalkan diri dan orang-orang yang mungkin bersama Anda. Suruh orang-orang yang bersama Anda untuk berbicara agar mereka dapat diikenali. Jika berada dalam sebuah kelompok dan ingin berbicara pada salah seorang, pastikan bahwa Anda menjelaskan kepada siapa Anda ingin berbicara.

2. Jika Anda menjumpai seorang penyandang disabilitas netra, tanyakan kepadanya. Apakah ia membutuhkan bantuan dan perkenalkan siapa Anda. Jangan mendorongnya atau memegangnya dari belakang sambil berjalan-jalan, seolah-olah  Anda yang dituntun. Tetapi berikan lengan Anda untuk dipegang, kemudian tuntunlah dan biarkan ia mengikuti Anda. Bantuan jangan diberikan dengan cara berteriak dari kejauhan seperti kiri, kanan, mundur, maju dan sebagainya.

3. Jika menemui penyandang disabilitas netra yang berjalan dengan tongkat (white cane), hindarilah menuntun dengan hanya menarik tongkatnya. Tetapi jika penyandang disabilitas tersebut berhadapan dengan lubang, parit atau rintangan lain, maka peganglah tangannya yang sedang memegang tongkat. Hal itu dilakukan seraya mengenalkan keadaan medan dengan tongkatnya. Jangan lupa ceritakan kondisi atau bahaya di sekitarnya.

4. Saat menuntun, biarkan ia memegang lengan Anda, dan berjalanlah perlahan-lahan di depannya. Jangan lupa memberi isyarat atau informasi mengenai situasi medan yang dilalui, terutama rintangan berupa lubang, parit, tiang listrik, pohon dan cabang-cabangnya.

5. Jika dalam menuntun Anda harus menaiki tangga, berhentilah di depan tangga dan tanyakan, apakah ia ingin naik atau turun. Beritahukanlah jumlah anak tangganya. Jika tangganya dilengkapi dengan pegangan tangan, letakkan tangannya di pegangan tangga tersebut. Beritahulah bila Anda telah mencapai anak tangga terbawah atau sebaliknya.

6. Jika tangganya berupa eskalator, letakkan  tangannya pada pegangan tangga bagian pangkal (tidak sejajar dengan anak tangga). Isyaratkan agar mengangkat salah satu kaki ke anak tangga. Biarkan posisi ke dua kakinya berada pada anak tangga terdepan dibantu dengan pegangan tangannya yang berfungsi sebagai detektor ujung tangga.

7. Bila ia ingin duduk, bantulah dengan meletakkan tangannya ke sandaran atau ke jok kursi sebagai cara untuk mengenalkan posisi kursi. Biarkan dia duduk sendiri. Jangan mendudukkannya dengan cara memegang badannya lalu menekan untuk duduk. Cara yang demikian tidak etis dan tidak disukai.

8. Jika ia hendak naik kendaraan umum, letakkan tangannya pada bagian pintu dan katakan pada penumpang lain seraya minta tempat duduk untuknya. Tapi hati-hati, jangan sampai kepalanya membentur bagian atas pintu atau atap kendaraan. Namun jika Anda turut bersamanya sebagai penumpang, naiklah terlebih dahulu seraya menuntunnya hingga mencapai tempat duduk untuknya. Selanjutnya lakukan seperti cara mendudukkan di atas. Jangan sekali-kali ia naik terlebih dahulu dan Anda mengarahkan dari belakang. Cara demikian akan menyulitkan pada saat ia mencari tempat duduk sendiri dan  memungkinkan ia meraba sesuatu yang tidak perlu.

9. Jika Anda bermaksud memboncengkannya dengan kendaraan roda dua, cukup Anda menepuk jok boncengan kendaraan Anda. Setelah itu, aktifkan mesin dan minta ia untuk duduk begitu kendaraan siap untuk dikendarai. Sebelum bergerak, tanyakan kepadanya apakah ia biasa dibonceng. Jika iya, maka Anda tidak perlu memberikan isyarat apa-apa. Tapi kalau tidak, mulailah dengan memintanya untuk meletakkan kedua kakinya di stand kaki sambil tangan memegang bagian sadel atau badan Anda sendiri.

10. Jika Anda seorang guru, dosen, atau sebagai pembawa materi pada suatu temu ilmiah yang dalam kegiatan tersebut diikuti pula oleh penyandang disabilitas netra, paparkanlah materi Anda sebagaimana biasanya. Namun jika Anda bermaksud menerangkan melalui media proyektor OHP, komputer dan papan tulis, jangan diam saja atau sekedar menunjuk gambar, simbol dan karakter yang tampak dengan perkataan ini dan itu. Kemukakanlah hal-hal yang Anda tunjuk di media tersebut.

 11. Jika Anda mengantarnya untuk bertemu dengan orang penting, carilah dahulu informasi tentang ruangan dan ciri-ciri orang dimaksud. Jika sudah, tuntunlah ia masuk ke ruangan seraya melepaskannya untuk duduk di tempat yang telah disediakan. Mulailah dengan menghampiri orang yang dimaksud, seraya menyampaikan bahwa orang yang bersama Anda ingin berbicara dengannya. Jangan tinggalkan mereka jika memang tidak diminta.

 

12. Jika Anda harus berjalan beriringan, cukup memegang jari tangannya biar kelihatan santai. Akan tetapi jika jalan ramai atau sempit, isyaratkan hal itu kepadanya agar ia memegang tangan Anda. Hindarkan memegang tangannya  terlalu keras, menarik atau mengangkat pegangan tangan agak ketinggian, atau posisi tangan yang dipegang dimasukkan di saku celana atau posisiposisi lain yang menimbulkan kecanggungan.

 

13. Jika Anda menjamu mereka makan dan minum, ambil tangannya untuk mengenalkan jenis makanan dan minuman yang Anda sajikan. Mulailah dengan mengenalkan wadah yang berukuran paling tinggi hingga paling kecil. Jika makanan tersebut tercampur dalam satu piring, raih jarinya seraya mengenalkan posisi lauk, sayur, sambal dan lain-lain. Anda jangan  menginformasikan keadaan letak hidangan hanya dengan menunjuk.

14. Jika Anda menyapa penyandang disabilitas netra, beritahukan siapa Anda apabila mereka tidak mengenali suara Anda. Hindari kebiasaan menguji kemampuan memorinya untuk mengenali Anda. Cara yang demikian justru makin membebani pemikirannya. Bila Anda ingin meninggalkan mereka, maka beritahukanlah. Akan sangat memalukan bagi difabel netra bila dijumpai berbicara sendiri.

15. Jika Anda bertemu seorang penyandang disabilitas netra di tempat yang baru baginya, kenalkanlah tempat itu padanya. Terutama halhal yang berhubungan langsung dengan fasilitas yang ada seperti WC, tempat duduk, tempat tidur, tempat ibadah dan hal-hal yang dapat membahayakan baginya.

16. Jangan memindahkan barang-barang tanpa pemberitahuan karena akan memakan waktu berjam-jam baginya untuk menemukannya kembali. Demikian pula jika Anda bermaksud untuk memberikan sesuatu berupa benda, maka beritahukanlah maksud Anda.

17. Jika Anda menghidangkan makanan untuk penyandang disabilitas netra, maka aturlah lauk-pauk sayur sesuai arah jarum jam. Informasikan kepadanya jenis makanan dan posisi arah jarum jamnya. Contoh: jam 6 sendok dan garpu, jam 3 sayur kangkung dan kerupuk, jam 9 sambal, jam 12 telur dadar, dan lainnya. Jika makanan tersebut berada dalam kardus, maka informasikan menu makanan yang disediakan sambil menunjukkan letak atau posisi menu makanan itu. Cara menunjukkan adalah dengan memegang tangannya. Jika ia menggunakan sendok, maka pastikan ia sambil memegang sendok. Informasikan menu makanan sambil mengarahkan tangannya untuk menyentuh menu makanan tersebut.

 D. Berinteraksi dengan Penyandang Disabilitas Daksa/Fisik

1. Jika mendorong kursi roda pastikan penyandang disabilitas daksa tersebut duduk dalam posisi yang nyaman. Doronglah kursi roda sesuai dengan instruksinya. Hal ini perlu dilakukan agar penyandang disabilitas daksa merasa nyaman ketika Anda mendorongnya.

2. Jika Anda berhenti, jangan duduk di tumpuan tangan kursi roda. Hindari untuk duduk di bawah tempat sandaran kaki atau bahkan menumpukan tangan dan menyandarkan kepala di pegangan (untuk mendorong) kursi roda. Ini membuat penyandang disabilitas yang Anda dorong merasa tidak nyaman. Terkadang mereka sungkan untuk menyampaikan rasa tidak nyaman tersebut secara langsung.

3. Jika berbicara dengan mereka, usahakan posisi Anda dengan penyandang disabilitas tersebut setara. Jika terlalu tinggi dan penyandang disabilitas harus melihat ke atas terus untuk berkomunikasi dengan Anda, hal itu sangat tidak nyaman. Demikian sebaliknya, jika Anda terlalu lama menunduk, juga akan merasa tidak nyaman. Sebaiknya carilah tempat duduk yang setara.

4. Jika berjalan bersama dengan penyandang disabilitas daksa yang menggunakan kruk, wallker, tongkat, carnidian, atau alat bantu yang lain, jangan berada di sampingnya. Situasi tersebut akan membuat ia merasa terhalangi dan tidak bebas menggerakkan alat bantu untuk berjalan. Setidaknya, berjalanlah di belakangnya.

5. Jangan sekali-kali menawarkan bantuan dengan membawakan alat bantu mobilitasnya. Tetapi sebaiknya, bertanyalah lebih dahulu bagaimana cara membantunya beraktivitas. Penyandang disabilitas daksa memiliki cara-cara yang berbeda ketika mereka berjalan dan beraktivitas.

 

 Berinteraksi dengan Penyandang Disabilitas Mental dan Intelektual

 1. Ciptakan suasana yang aman, nyaman dan menyenangkan baginya. Kita perlu mengetahui hal-hal yang membuat suasana hatinya dalam kondisi baik, sehingga bisa diajak berkomunikasi secara efektif.

 2. Pancinglah ia untuk bercerita dan jangan memotong cerita yang ia tuturkan.

 3. Berikan respons yang positif seperti anggukan, gumaman, yang bisa membuat ia merasa dipercaya dan diperhatikan. Tunjukkan bahwa Anda sangat menyukai apa yang diceritakannya.

4. Jika ada hal yang ingin diperjelas, tanyakan dengan kalimat singkat dan dengan bahasa yang sederhana. Sebelum bertanya, Anda bisa mengulang sedikit cerita yang menyisakan pertanyaan di benak Anda. Misalnya, “Tadi kamu bercerita kalau pas beli es di warung terus ada orang yang datang terus mengajak kamu pergi. "Siapa orang itu?”

5. Untuk menghindarkan salah pemahaman, maka gunakan gambar atau foto untuk mengenali orang. Mintalah memeragakan kejadian. Gunakan alat alat peraga seperti boneka dan lain-lain. Gunakan juga kejadian-kejadian yang istimewa untuk membantu dia mengingat tanggal atau hari.

 6. Gunakan kata, istilah, bahasa yang dia mengerti.*

 

Sumber : Buku Saku “Akomodasi yang Layak bagi Penyandang Disabilitas dalam Proses Pengadilan” penerbit : Sigab Indonesia, 2021.

 


Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang

Kekerasan dalam pacaran masuk dalam kekerasan ranah  personal. Berdasar data pengaduan ke Komnas Perempuan tahun 2022, ada 422 kasus kekerasan dalam pacaran. Sedangkan  data dari Forum Pengada Layanan (FPL) 3.528 kasus. Bentuk kekerasan yang banyak terjadi adalah psikis. Yang banyak disorot dan mendapat perhatian publik  saat ini adalah kekerasan dalam pacaran yang menyebabkan korban sampai meninggal dunia di Surabaya.


Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang

Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Perlindungan Anak Dan Keterbukaan Informasi Publik, merupakan gabungan dari beberapa LSM di Kota Surakarta yang terdiri dari Yayasan SPEK-HAM, KAKAK, Yayasan YAPHI, JALATERA dan Kaukus Perempuan Kota Surakarta. Koalisi ini dibentuk karena  rasa keprihatinan dengan tindakan intimidasi anak yang dilakukan seorang pimpinan Kelurahan, hanya karena mempertanyakan tidak dipenuhi semua usulan anggaran Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) yang diusulkan Forum anak. Tindak lanjut dari koalisi ini, karena adanya aduan secara lisan Forum anak kepada Yayasan Jalatera dan kemudian ditindaklanjuti dengan pembahasan dengan beberapa LSM di Kota Surakarta. Adapun kronologi hal-hal yang menjadi pemicu kekerasan terhadap anak adalah sebagai berikut :