Anak-anak adalah kelompok rentan terpapar COVID-19, apalagi dengan adanya varian Delta. Sudah 1,5 tahun mereka tidak dapat menikmati keceriaan karena untuk bersekolah pun mesti dilakukan dengan daring. Sedangkan di pihak pmerintah, mulai terjadi kekhawatiran lalu menerbitkan aturan PPKM Darurat. Proteksi terhadap anak-anak ini adalah bagian dari upaya pemenuhan hak anak.
Informasi terkini kejadian COVID-19 pada anak-anak meningkat. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) banyak melaporkan kasus COVID-19 pada anak. Di level dunia ada 12 juta anak terkonfirmasi COVID-19 dengan angka kematian 0,3-1,2%. Demikian dikatakan oleh Prof.dr. Bambang Supriyanto, juru bicara Satgas Percepatan Penanganan COVID-19 pada Forum Diskusi Denpasar 12 bertema upaya menyelamatkan anak Indonesia dalam pandemi yang dimoderatori oleh Anggiasarie Puji Aryatie, Rabu (7/7).
Berbicara tentang anak harusnya kita tidak terpancang dengan angka namun mari berbicara tentang hati. Angka kematian sampai 1,2% itu bisa menimbulkan panik. Anak bisa tertular dan menularkan. Padahal sebagian masyarakat Indonesia, untuk protokol kesehatan 3 M saja banyak yang melanggar. Belum lagi mereka yang tanpa gejala maupun yang bergejala ringan kerap melanggar aturan isolasi mandiri (isoman). Ini menjadi keprihatinan bersama.
IDAI telah menerbitkan buku diary terkait isolasi mandiri bagi anak, yang mengatur bagaimana tempat belajar yang memenuhi prokes, dan bagaimana keluarga memberi contoh tentang itu. Dalam diary tersebut, orangtua mencatat apakah anak mengalami demam dan batuk. Nanti jika ada pelaporan kepada satgas, satgas itu yang merekomendasikan untuk anak, apakah perlu dirawat atau tidak. Di DKI Jakarta saat ini vaksinasi COVID-19 bagi anak berusia 12-17 tahun tengah berjalan. Perlu dicatat bahwa imunisasi dasar bagi anak perlu untuk dipenuhi juga yakni BCG, polio, campak, dan DPT.
Prof.dr. Bambang memberikan beberapa tips untuk melindungi anak Indonesia dari penularan COVID-19 di antaranya adalah menunda sistem Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sampai benar-benar siap, melakukaan promosi kesehatan dan meningkatkan kesadaran dan peran utama keluarga terkait protokol kesehatan, mencegah dan selalu waspada adanya klaster keluarga dan ikut menggiatkan vaksinasi.
Pembicara lain, dr. Siti Nadia Tarmizi, M. Epid, juru bicara Kemenkes menyatakan kabar kekinian, bahwa capaian vaksinasi tahap pertama sebesar 34 juta dan kedua baru 14 juta. Sedangkan vaksinasi bagi remaja 12-17 tahun baru menyasar 56 ribu orang. Ia mengakui ada peningkatan hingga 6-8 kali lipat jumlah warga terkonfirmasi positif COVID-19, yang tersebar di beberapa provinsi seperti DKI Jakarta, DIY, Jateng, Jabar, Jatim, Riau, Kalbar, dan Sumbar. Hal ini menyita perhatian yang sangat besar. Jika menengok ke belakang, saat bulan puasa, lebaran dengan pelaksanaan shalat Ied, pembukaan tempat wisata, pertemuan keluarga, dan mengunjungi mall menjadi penyebab cepatnya penularan virus varian delta ini. Siti Nadia berharap, ke depan 70% warga mendapat vaksinasi.
Secara bertahap, vaksinasi diberikan kepada remaja usia 12-17 tahun dengan bekerja sama dengan BKKBN dan BPOM. (Astuti)