Publikasi

Adegan-adegan Humanis di Film Agak Laen : Menyala Pantiku

Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang
 

Pernah menonton film thriller, genre yang dirancang untuk membangkitkan ketegangan, kecemasan, dan kegembiraan pada penonton melalui alur cerita penuh intrik, misteri, aksi mendebarkan, dan plot twist, tetapi di dalamnya terselip adegan-adegan humanis yang penuh kesan kasih, sarat rasa sayang sebagai keluarga? Nah! Semua itu ada di film Agak Laen : Menyala Pantiku.

Tayang perdana sejak 27 November 2025 lalu, film ini lanjutan dari Agak Laen pertama yang tayang  pada 2024. Pasalnya, film lanjutan Agak Laen : Menyala Pantiku tidak memiliki cerita yang terikat dari Agak Laen pertama. 

Bagaimana dengan adegan humanis itu? Lihat saja episode saat Boris menjelaskan dengan penuh kelembutan arti perpisahan antara dirinya dan sang istri kepada anak perempuannya. Dengan kalimat sederhana, makna itu seakan bisa dicerna oleh seorang anak berusia sekitar lima tahun. Perpisahan orangtua yang mungkin banyak dianggap tabu untuk diceritakan kepada sang anak. Film ini mengajarkan tentang kejujuran seorang ayah kepada putrinya.

Tengok pula adegan waktu Bene menenangkan adik perempuannya yang telat bayar uang kuliah. Itulah yang terjadi sehari-hari pada keluarga yang saling bergantung secara ekonomi. Semuanya mengalami persoalan ekonomi dari, Oki dan Jegel pun demikian. Kisah-kisah sedih mereka dengan latar belakang keluarga dengan ekonomi yang sulit, bukan hanya sebagai pemanis, tetapi menjadi satu kesatuan cerita film seolah-olah kita melihat bayangan diri kita ada di sana. Sebagai warga negara kelas dua, rakyat biasa, bukan pejabat atau bagian dari oligarki.

Lantas apa yang diharapkan dari empat orang polisi berpangkat kroco_kemudian saya sebut sebagai detektif_dengan gaji minim, dan semuanya memanggul tanggung jawab secara ekonomi di pundak masing-masing, selain kebersamaan, solidaritas, dan kolaborasi? Demi menyelamatkan karir mereka alias agar tidak dipecat!

Empat orang detektif yakni Bene, Oki, Boris dan Jegel mengalami kegelisahan, penyamaran mereka tidak berjalan mulus karena atasannya sudah bosan dengan kegagalan yang mereka lakukan setiap terjun ke lapangan. Mereka tengah memburu buronan kasus pembunuhan anak wali kota. Sangat berbeda dari film thriller sebelumnya, Agak Laen : Menyala Pantiku mengambil latar di panti jompo.

Sebagai peringatan, mereka diberi satu misi terakhir yaitu untuk menangkap buronan tersebut. Apabila misi tersebut gagal lagi maka mereka harus angkat kaki dari kepolisian. Ada satu petunjuk berupa rekaman kamera  CCTV yang membuat mereka harus menyelidiki sebuah panti jompo.

Mereka memulai aksi penyamarannya agar bisa masuk ke tempat tersebut. Jegel dan Bene menyamar sebagai perawat sementara Oki dan Boris menyamar sebagai penghuni panti. Di sana mereka menemukan berbagai macam karakter lansia yang membuat situasi semakin kocak.

Sangat jarang film yang mengambil latar kehidupan panti lansia. Mungkin ada, tetapi bisa dihitung dengan jari seperti Bukan Malin Kundang (2009), Kutuk (2019) dan Siksa Kubur (2024) yang bergenre horor thriller. Agak Laen : Menyala Pantiku mengambil bagian dari itu. Bukan sebagai latar film horor yang menyeramkan tetapi thriller kocak dan  terdapat beberapa adegan slapstick, gaya humor yang mengandalkan aksi fisik berlebihan, yakni saat adegan seorang opa kelupaan saat diajak berjemur di bawah sinar matahari. Lelucon-lelucon ala stand up comedy juga meramaikan saat adegan tersebut.

Adegan yang manusiawi, meski terkesan monoton, saat nenek Ida, seorang difabel netra, diperankan dengan bagus oleh Tika Panggabean, setiap pagi selalu menyiapkan dua telur rebus untuk Fajar, sang anak.  Dia selalu duduk di pelataran panti seraya menunggu kedatangan anak tersebut, setelah satu tahun berselang ia tinggal di sana, tak sekali pun ada penampakan si anak. Ikuti saja episode ini, sebab penonton yang semula sangat tidak berekspektasi akan akhir penantiannya, akan diberi kejutan yang luar biasa, justru di pengujung cerita.

Bene, Jegel, Oki dan Boris memiliki masalah pribadi yang mengganggu pikiran mereka sehingga tidak fokus dalam penyelidikan. Penyamaran mereka berubah jadi kacau, mereka selalu salah sasaran mengira penghuni sebagai tersangka. Akan tetapi saat identitas buronan mulai terungkap mereka sigap menyusun strategi penangkapan demi menyelesaikan misi terakhir. Tapi masih juga salah!

Akhir tahun tinggal sehari lagi, kalian sebaiknya menyempatkan  diri untuk menonton film ini. Mengapa demikian? Sebab jarang seorang penulis skenario sekaligus sutradara yakni Muhadkly Acho yang memiliki tangan dingin, mampu membuahkan karya yang berturut-turut mampu menggebrak pasar sinema dengan perolehan penonton paling banyak dalam sejarah film Indonesia. Dalam waktu 30 hari penayangan, film Agak Laen : Menyala Pantiku meraup 9,3 juta penonton.  

Secara keseluruhan, Agak Laen : Menyala Pantiku  tetap mempertahankan gaya humor khasnya namun dalam skala lebih besar dengan latar panti jompo, menjanjikan momen-momen ikonik yang membuat penonton bereaksi kuat, dari tawa hingga terkejut. Dan momen-momen itu akan sangat diingat oleh para penonton seperti adegan Boris dan Oki di sebuah malam, celetukan ngasal khas komedi Jegel kepada nenek Ida, serta adegan Habib dan Gus yang monumental, dan  tanpa prediksi. (Ast)