Mengenal Disabilitas Intelektual dan Psikososial

Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang
 

Disabilitas intelektual adalah kondisi yang ditandai dengan fungsi intelektual di bawah rata-rata dan kurangnya keterampilan untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan biasanya kondisi ini sering memengaruhi anak-anak. Sedangkan menurut laman Special Olympics, disabilitas intelektual adalah istilah yang digunakan ketika seseorang memiliki keterbatasan/hambatan tertentu dalam fungsi dan keterampilan kognitif, termasuk keterampilan komunikasi, sosial, dan perawatan diri sendiri.

Anak-anak dengan disabilitas intelektual memiliki kesulitan yang signifikan baik dalam fungsi intelektual (misalnya cara berkomunikasi, belajar, pemecahan masalah) dan perilaku adaptif (misalnya keterampilan sosial sehari-hari, rutinitas, dan kebersihan).  Disabilitas Intelektual bisa ringan atau lebih berat. Anak-anak dengan bentuk yang lebih berat biasanya membutuhkan lebih banyak dukungan - terutama di sekolah.

Reynaldo Putra Sentosa, seorang autis dewasa, dalam Talkshow Mengenal Disabilitas Intelektual dan Psikososial yang dihelat oleh Sigab, Senin (21/2) memberikan paparan bagaimana hal-hal baik bisa dilakukan oleh seorang guru ketika menghadapi siswa dengan disabilitas inteletual dan mengajarkannya secara langsung yakni : a. diberi prompt fisik (diarahkan), b. dengan modelling (dicontohkan), c. dengan dicontohkan plus prompt/mengingatkan dengan fisik atau isyarat (tergantung kebutuhan), d. dengan dicontohkan plus bantuan visual , e. dengan diberikan bantuan visual. Hasil yang ingin dicapai oleh siswa adalah paham dengan omongan kita tanpa pemberian bantuan apa pun kelak. “Pahami mereka, kekurangannya, kelebihannya, usahakan mereka bermartabat,”

Terkait isu kebencanaan maka saat pelatihan kebencanaan  untuk disabilitas intelektual, harus diajarkan terus-menerus,dan  konsisten. Mereka bisa diarahkan secara langsung, dengan visual juga.

Nyoman Anna salah seorang narasumber yang juga berasal dari Makassar mengatakan sebagai orangtua dari anak autis kuncinya adalah saling menguatkan dan berbagi bagaimana anak-anak disabilitas bisa  mandiri dan berguna di masyarakat. Nyoman Anna mengatakan saat ini ada 30 DPO (organisasi penyandang disabilitas)  di Makassar. Ia juga melakukan proses-proses  advokasi untuk pengarusutamaan isu disabilitas di Makassar.

Terkait pengalamannya sebagai orangtua anak autis, Nyoman menyadari beberapa anak autis mengalami diet CFGF, dengan mengganti semua bahan makanan yang berasal dari susu sapi dan tepung terigu sebab susu sapi mengandung protein kasein sedangkan terigu mengandung protein gluten. Ia juga menyatakan bahwa kepada anak-anak tersebut jika mengajarkan sesuatu harus berulang- ulang, atau berkali-kali. Bahkan ada yang mengajarkan toilet training perlu waktu bertahun tahun. “Kita juga melatih guru guru untuk mengetabui bagaimana disabilitas intelektual sehingga tidak ada pembulian lagi,” ujar Nyoman Anna.

Mengenal Disabilitas Psikososial

Talkshow juga menghadirkan Yeni Rosa Damayanti, Ketua Perhimpunan Jiwa Sehat (PJS). Aktivis yang juga seorang penyintas bipolar tersebut menjelaskan beberapa ragam dari gangguan jiwa yang menjadi hambatan bagi orang dengan disabilitas psiskososial. Ia menjelaskan tentang skizofrenia, yang mengalami halusinasi yakni berbentuk trauma yang muncul serta delusi/waham. Waham yang paling umum terjadi pada Orang Dengan Skizofrenia (ODS) adalah waham 'kejar" misalnya seseorang merasa selalu dikejar-kejar orang, ada yang memburu dia, ada yang mencari-cari dia seolah-olah akan disakiti. Skizofrenia adalah gangguan psikotik.

Ada lagi bipolar yakni orang yang memiliki gangguan mood. Jika dalam kondisi manic, maka ia tidak mengenal capai, tidak bisa tidur, menghabiskan uang untuk berbelanja, dan semua impuls sangat intens. Tetapi pada saat fase depresi maka semua hal yang terjadi saat manic itu hilang, namun berkebalikan  alias dalam kondisi suasana hati yang tertekan atau kehilangan minat dalam beraktivitas.

Sedangkan Anxietas adalah kecemasan yang luar biasa/berlebihan dan lama serta terus-menerus tanpa ada sebab yang jelas. Anxietas juga mencirikan sulit tidur, insomnia dan gelisah yang membawa kepada sakit secara fisik misalnya asam lambung suka meningkat atau tidak stabil, dan terjadi GERD.

Dengan dukungan baik orang-orang di sekitarnya yakni keluarga dan lingkungan maka orang yang mengalami gangguan jiwa atau orang dengan disabilitas psikososial dapat melakukan pengobatan serta mendapat dukungan, maka ia bisa hidup dengan baik.(ast)