Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang

Dorkas Febria, staf advokasi Yayasan Yaphi membuka diskusi pada pemutaran film Payung Dara besutan sutradara Reni Apriliana dengan mengemukakan dua hal penting terkait kekerasan seksual. Dua kalimat itu adalah kenali hukumnya dan lindungi korban. Jika pada peringatan 16 Hari Anti Kekerasan Pada Perempuan (!6HAKTP)  Yayasan Yaphi memilih tema mendobrak bias dan menguatkan sintas, maka bias din sini artinya kenormalan. Seperti apa yang bisa dibayangkan sebagai  gelas berisi air lalu dimasukin sendok pasti bengkokn itu adalah budaya kenormalan. Misalnya ungkapan kepada anak kecil yang sering menangis, "cowok kok nangis ",  “anak perempuan harus bangun pagi" atau "perawan kok ngebo”. Panitia mengambil tema ini untuk mengajak seluruh masyarakat agar lebih memiliki kesadaran dan keadilan gender.



Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang

Ada hal menarik dari gelaran panggung ekspresi bertema merayakan perempuan  mendobrak bias menguatkan sintas yang dihelat oleh Yayasan YAPHI berkolaborasi dengan Lokananta, Ruang Atas, Kembang Gula dan Radio Immanuel, Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Surakarta, dan Deaf Volunteer Organization (DVO),  Sabtu 16 Desember 2023. Pada panggung yang berlatar lukisan serta bertuliskan Merayakan Perempuan, Galih Saputro menerangkan tentang bagaimana seseorang berinterakasi dengan teman Tuli, Hard of hearing atau Tuli yang mempu dengan bahasa gestur. Dengan bahas isyarat Indonesia, Galih menjelaskan bahwa jika memang seseorang itu tidak bisa berbahasa isyarat, maka bisa dengan menuliskannya di kertas.

Selain Galih, ada Agustina Wanisari Rahutami, dari komunitas Bipolar Care dan Mother Hope Indonesia yang mewakili disabilitas mental kemudian menyampaikan bahwa orang-orang dengan bipolar bagi lingkungan di kantor, misalnya, dianggap aneh. Ia lmenerangkan bahwa bipolar yang mereka alami ada di dua fase yakni fase manic. Di fase ini biasanya orang dengan bipolar  tidak merasa  capai selama 24 jam tapi ketika depresi, jangankan keluar rumah, mereka maunya mematikan lampu lalu hanya tiduran untuk merawat diri mereka, bahkan tanpa membersihkan diri/mandi.

Belum lagi misalnya ketika mau berangkat karena ada acara, misalnya ada yang mengalami  overthinking. Saat ini banyak drama series Korea secara yang bagus  bertema  bipolar, skizofrenia dan suicide  attack misalnya Daily Dose of Sunshine  tentang bagaimana  seseorang berinteraksi dengan pengidap skizofrenia dengan depresi, bahkan mereka yang memiliki keinginan untuk bunuh diri.

Menurut Agustina, orang dengan skizofrenia tidak banyak kontak mata, ini berbeda dengan Tuli. Karena kalau orang dengan skizofrenia ada kontak mata mereka tidak suka karena seolah-olah seperti diintimidasi. Orang dengan skizofrenia, atau psikososial, kalau ada yang datang di acara-acara seperti yang diadakan oleh Yaphi ada yang mengalami panic attack lalu gemetaran. Jika ia bekerja pada perusahaan atau instansi kalau ada pekerjaan yang menganggu dirinya maka bisa ketriger dan menyebabkan relapsm sehingga  butuh obat dan konsultasi rutin.

Kemudian apakah akomodasi yang mereka butuhkan? Di pekerjaan, mereka butuh satu hari dalam satu  bulan untuk konsultasi rutin. Kalau mereka bekerja, ada dosis obat yang bisa diganti atau dinaikan atau waktu istirahat dinaikkan. Di saat mereka bekerja biasan ada tiga jam sekali untuk istirahat.Intinya adalah  butuh ruang khusus untuk menenangkan diri. “Tolong, hindari stigma. Apalagi  olok-olokan di zaman sekarang sudah tidak zamannnya lagi. Yang penting saling memahami,” tegas Agustina.

 

Lalu Bagaimana Sensitivitas Difabel Netra?

Adi, relawan pendamping difabel yang bergiat di komunitas-komunitas difabel di Surakarta dan sekitarnya memberikan pemahaman tentang cara berinteraksi dengan difabel netra. Bahwa sebaiknya sebelum memberikan pertolongan kepada difabel netra, memperkenalkan diri dulu dengan menepuk pundak atau bahu, atau langsung menyentuh ke permukaan tangan dengan mengajak salaman kecuali yang berpandangan tidak bersentuhan (dalam konteks agama Islam), seseorang yang  bukan muhrim, sambil menyebutkan nama. Dengan menyebut nama, maka suaranya akan dikenali oleh teman netra.

Setelah itu baru bertanya apakah si teman netra itu membutuhkan pertolongan atau tidak. Saat mengenalkan tempat (orientasi mobilitas) pun juga orang bukan netra akan mengenalkan teman netra dengan menghitung langkah, dan menceritakan suasana dan posisi tempat. Hindari kata-kata sebagai pengganti kata tunjuk seperti “di sana”, “di sini”, “begini” tanpa ada penggambaran atau narasi dari apa yang dilihat atau lakukan.

Pernyataan bertanya atau ajukan permisi saat ingin membantu pun juga berlaku pada difabel fisik.

Sesi panduan sensitivitas disabilitas banyak diminati penonton panggung ekspresi. Terbukti beberapa orang memberikan pernyataan bahwa hal itu termasuk pengetahuan baru bagi dirinya, seperti yang disampaikan oleh Dita, seorang mahasiswa di perguruan tinggi swasta dan tinggal di Surakarta. (Ast)

 


Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang

Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (16 HAKTP) adalah momentum setiap tahun untuk menggaungkan kembali gerakan penghapusan kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia. Peringatan 16 HAKTP dimulai pada tanggal 25 November sebagai hari Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan dan diakhiri pada tanggal 10 Desember sebagai hari HAM. Rangkaian peringatan ini diharapkan dapat menjadi pengingat bahwa upaya menghapus kekerasan khususnya terhadap perempuan adalah salah satu bagian dari penegakan hak asasi manusia.


Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang

16HAKTP sebuah kampanye yang dilakukan setiap tahun untuk meningkatkan kesadaran tentang kekerasan seksual terhadap perempuan dan menggalang dukungan masyarakat dalam mendorong pemenuhan hak-hak perempuan. Kampanye ini bertujuan untuk melindungi perempuan dari segala bentuk kekerasan dan mempromosikan kesetaraan gender. Kampanye melibatkan berbagai kegiatan 16 Nopember sampai 10 Desember  2023. Kampanye yang dilakukan oleh pemerintah dan organisasi sosial, masyarakat sipil, organisasi perempuan dan organisasi-organisasi lainnya   adalah upaya bersama untuk menciptakan dunia yang lebih adil.  Aman dan bebas dari kekerasan pada perempuan.


Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang

Pada rangkaian peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16HAKTP) Yayasan YAPHI di akhir November lalu ,Vera Kartika Giantari, aktivis perempuan, melakukan pembacaan lagi terkait diskusi acara Koalisi Masyarakat Sipil Peduli Perempuan dan Anak Surakarta (Komasipera) sebelumnya dan sudah mendapatkan gambaran atas persoalan-persoalan di wilayah lima kecamatan Laweyan, Jebres, Pasar Kliwon, Serengan, dan Banjarsari. Hingga memetakan persoalan pada anak yang muncul di lima wilayah di atas. Beberapa kasus anak yang terjadi adalah  kasus anak putus sekolah, anak yang tidak punya akte kelahiran. Penganiayaan anak dan kasus kekerasan seksual anak muncul pula di Kecamatan Jebres.