Diskusi JKLPK : Adaptasi Perubahan Iklim

Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang
 

Tandu Ramba, motivator pembangunan masyarakat wilayah Sulawesi dalam zoom meeting yang diselenggarakan oleh Seknas Jaringan Kerja Lembaga Kristen Indonesia (JKLPK) Jumat (20/1) menyatakan mengapa tema perubahan iklim menjadi penting, sebab ada amanat dari Allah untuk memelihara ciptaan-Nya. Selain itu karena strategi pembangunan nasional adalah pembangunan rendah emisi dan  semua sektor terdampat oleh perubahan iklim maka ia juga memaparkan terkait adaptasi perubahan iklim termasuk dalam pendanaan yakni Dana Desa dan tersedianya berbagai pendanaan dari pemerintah maupun NGO internasional.

Dampak perubahan iklim di Toraja daerah yang menjadi fokus penelitian adalah curah hujan meningkat, curah hujan ektrem, peningkatan suhu, kelembaban meningkat, menurunnya kesuburan dan kesehatan tanah, berisiko longsor dan banjir, musim tanam yang tidak pasti, serangan hama dan penyakit  serta gagal panen.

Bencana iklim dan perubahan iklim terjadi  menurut Tandu Ramba sebab  

-Tidak dibangunnya kemampuan mengatasi bencana dan mengelola risiko iklim akan berpotensi meningkatkan kerentanan

-Tingginya tingkat kerusakan infrastruktur dan fasilitas pelayanan sosial -kesehatan, pendidikan, sanitasi, dll

- Semakin menurunnya kualitas lingkungan (akses air bersih semain sulit, menurunnya kualitas sumberdaya lahan dan air)

- Menurunnya penghasilan masyarakat aibat gangguan iklim erhadap sumber pendapatannya.

Menurut penelitian yang dilakukan pada masyarakat Toraja terkait persepsi masyarakat terhadap perubahan iklim adalah Prosentase responden paling tinggi pada perubahan/pergeseran musim, berikutnya perubahan suhu udara, berikutnya presentase semakin menurun yakni air bersih semaKin sulit, perubahan curah hujan peningkatan frekuensi bencana dan cuaca ekstrem sering terjadi.

Di Tanah Toraja  curah hujan kumulatif 1-3 hari berturut-turut cenderung meningkat. Proyeksi perubahan frekuensi dan intensitas curah hujan ekstrem : di masa depan, kejadian hujan ekstrem akan semakin terjadi.

 

Potensi Dampak Perubahan Iklim ke Depan

Potensi dampak perubahan iklim ke depan yakni berubahnya peluang maju mundurnya Awal Musim Hujan (AMH)  yang akan memberikan tantangan tersendiri khususnya dalam pengelolaan sistem pertanian dimana penentuan waktu dan pola tanam sangat berkaitan erat dengan datangnya awal musim hujan.

Meningkatnya peluang curah hujan ekstrem di masa yang akan datang juga akan berpengaruh terhadap kemungkinan meningkatnya bencana terkait iklim sehingga akan memberkan tantangan terhadap sistem pengelolaan sektor dalam pengelolaan bencana  (pengembangan infrastruktur, tata ruang wilayah, pengembangan, sistem pertanian, perkebunan dan lain-lain).  

Berbagai upaya  telah dilakukan oleh masyarakat Toraja berupa bentuk kesiapan petani menghadapi perubahan iklim  dengan melakukan diversifikasi tanaman, menyesuaikan waktu penanaman, alternatif pekerjaan, dan menanam pohon.

Terkait gender dan perubahan iklim, rupanya perempuan dan laki-laki terdampak secara berbeda. Hal ini bisa dilihat dari peran perempuan dan laki-laki, kemampuan untuk mengatasi dampak iklim, fokus utama, akses ke sumber daya alam dan kontrol pada aset.

Hal ini dibenarkan oleh Trisna Harahap, moderator diskusi bahwa perempuanlah yang kemudian memiliki beban ganda untuk memenuhi kebutuhan keluarganya di saat iklim tidak bersahabat. Perempuan yang akhirnya bertahan dan memiliki kekuatan untuk terus mengolah tanah pertanian mereka dan melakukan aksi-aksi pertahanan di tengah gejolak perubahan alam.

Sedangkan Haris CH. A.Oematan dari Yayasan CIS Timor di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) memberikan paparan tentang situasi iklim sebagian wilayah di daratan Timor adalah bergunung-gunung dan berbukit. Permukaan tanah kritis dan gundul sehingga peka terhadap erosi.  Sedangkan kondisi iklimnya musim hujan sangat pendek yaitu 3-5 bulan (Desember-Maret) sedangkan musim kemarau 7-8 bulan. Suhu saat ini sering dikisaran 35,4-42 derajat celcius. Kondisi iklim ini tentunya mempengaruhi pola bercocok tanam dan bertani masyarakat dimana sebagian merupakan tanah sawah kering dan 97% atau sekitar merupakan tanah kering dalam pekarangan. Serta hampir setiap tahun mengalami kemarau yang panjang.

Lalu perubahan iklim apa yang terjadi?  Adanya kerusakan lingkungan yang berakibat pendapatan berkurang dan berkurangnya debit air, lalu terjadinya badai Siklon menyebabkan gagal panen dan kegagalan panen mengaibatkan kerusakan lingkungan.

Bagaimana CIS Timor menyiasati perubahan iklim tersebut? Dengan melakukan adaptasi dengan sistem pengairan dan lingkungan yakni pembuatan sumur injeksi, tanam air, pembuatan embung mini dan menanam pohon dan pohon bakau. Sedangkan dalam sistem produksi makanan untuk perekonomian di antaranya melakukan budidaya ubi ungu, budidaya rumput laut dan pertanian pekarangan. (Astuti)