Lintas Berita

Strategi Penanggulangan AIDS Berbasis Komunitas di Philipina

Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang
 

Michael Jesus A. Mahinay, Direktur Eksekutif of Alagad Mindanao sebuah aliansi NGO yang bergerak di isu penanggulangan HIV-AIDS memberikan pemaparan terkait strategi penanggulangan HIV-AIDS  berbasis komunitas di Philipina, Jumat (24/1). Acara yang dihelat oleh YAKKUM melalui UPKM/CD Bethesda bertujuan untuk mendapatkan satu gambaran dan mencegah kasus baru ODHIV dan ODHA. Perlu diketahui bahwa kasus Lost Follow Up (LFU) yang terlalu tinggi untuk HIV dan AIDS, membuat pihak CD Bethesda merekrut beberapa partner untuk menginput engagement dalam rencana strategis mereka.

Sebelumnya Michael Jesus bekerja di seminari, kemudian memutuskan untuk menjadi direktur eksekutif Alagad Mindanao dan memberikan training tentang konseling mengenai HIV-AIDS. Dalam  sesi zoom meeting ini, ia memiliki tiga objek antara lain tentang situasi HIV-AIDS di Philipina, mengidentifikasi dan respon komunitas dan situasi untuk merespon. Micahel menuturkan bahwa pada tahun 2021 ada 33 kasus per hari, 2020 sebanyak 22 kasus per hari, dan 2016 adalah 25 kasus per hari, serta 2011 adalah 11 kasus per hari. Situasi saat ini karena lock down pandemi malah membuat angka semakin bertambah.

Rentang usia mereka adalah 25-34 dengan angka tertinggi yang ditemukan, sebagian besar laki-laki dibanding wanita dan anak. Di Manila banyak ditemukan positif HIV karena kota terbesar dan ibu kota juga. Namun begitu, konselor tidak punya data begaimana mereka awalnya terinfeksi.

Pada September 2021, ada 40 pria dan wanita yang memiliki risiko seks berbayar, dan umur rata rata 17-42 tahun.

Alagad Mindanao juga menjalankan voluntary testing dan satu hal ingin mereka tekankan : edukasi, informasi dan komunikasi, yang mereka jalani dalam program HIV-AIDS. Mereka juga memiliki program dukungan sebaya dan konseling berbasis komunitas untuk menjangkau kasus LFU. Konselor memiliki tanggung jawab kepada orang yang didampingi dengan menanyakan ODHA apakah masih dalam kondisi sehat. Alagad-Mindanao juga punya program dukungan karena tidak bisa selalu mengetahui kondisi ODHIV dan ODHA, maka sangat baik jika konseling terus-menerus dan mengingatkan mereka tentang pengobatan.

Yang dihadapi para konselor biasanya mereka marah tentang status dan hak-hak mereka yang menyebabkan mereka mengalami depresi dan membuat mereka tidak bisa menerima status HIV. Sebagai konselor maka harus selalu mengecek, sudah sejauh mana dan para pasien berada di level mana. Jika dalam waktu tiga bulan tidak ada komunikasi maka dampingan tersebut masuk golongan LFU.

Alagad Mindanao, sebagai NGO memiliki anggota yang NGO juga, karena organisasi ini memiliki 8 sektor keanggotaan. Yang pertama adalah orang-orang komunitas positif, sektor LGBT sektor, dan anak. Aliansi dari Alagad Mindanao ini juga menyampaikan informasi terkait HIV dan AIDS. Anggotanya melakukan semua program, termasuk yang berada di sektor LGBT. Juga mengapresiasi dengan mengajar komunitas untuk mengurangi stigma dan diskriminasi. Jadi masyarakat bisa mengetahui bagaimana cara penularan dan pencegahannya. Untuk wilayah yang berbahasa Tagalog mereka meminta ada paralegal training. Sebelumnya pernah ada kasus orang dengan HIV yang mengalami stigma dan diskriminasi, mereka dipaksa berhenti bekerja. Kasus kedua mereka mendapat diskriminasi dari keluarga. Itulah mengapa Alagad melakukan training bagi paralegal. Alagad juga berkolaborasi dengan program pemerintah dan menjadi konsultan untuk kebijakan-kebijakan nasional.

YAKKUM sendiri sejak 2019-2022 mengadakan project pencegahan terpadu HIV-AIDS di Yogya dan Kabupaten Belu dengan pencegahan serta perumusan fase dari HIV dan AIDS. Sejumlah pendekatan dilakukan antara lain pencegahan secara struktural, biomedikal dan perubahan perilaku. Saat ini sedang tahap evaluasi refleksi 3 tahun. Salah satu problema adalah terkait anggaran, FLU meningkat  dan salah satu tujuannya adalah LFU ditekan. Di Kabupaten Belu masih ada diksriminasi dan stigmatisasi. YAKKUM sedang menyusun rencana strategi, dan di kesempatan ini mereka mendapat gambaran lebih jelas dan apa yang harus mereka lakukan di tingkat daerah.

Zoom meeting juga menghadirkan Ratna Budi Hapsari dari Kemenkes yang menyatakan bahwa  54% anak dengan HIV-AIDS mendapat pengobatan. Di seluruh dunia, di tahun 2020 angka dunia sudah turun 31%. Untuk kematian mengalami penurunan 47%. Sedang di tingkat global ada 1 juta kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) dan sebagian besar mereka tidak tahu kalau menderita IMS. Kasus-kasus IMS baru bermunculan, dan di 2020 mencapai 330 juta kasus baru. IMS ini juga ada yang terkait dengan penyakit kanker, yakni infeksi human pappilomavirus (HPV) dan berhubungan dengan kasus kanker leher rahim, infeksi bayi lahir siphilis berisiko meninggal, dan terjadi resistensi obat terutama dalam kasus gonorroe. “infeksi baru harus turun 95%. Angka kematian juga harus turun. Indonesia ending AIDS, kalau infeksi baru kurang dari 5000 kaasus. Itu target berat atau ambisius,” ujar Retno. (astuti).