Buletin

Rapat Koordinasi MPPS Lahirkan Beberapa Usulan

Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang
 

Sejumlah usulan terkait evaluasi pelaksanaan uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang diselenggarakan di kota Surakarta mencuat saat diskusi dan rapat koordinasi Masyarakat Peduli Pendidikan Surakarta (MPPS) yang berlangsung di Yayasan Kakak,  Rabu (9/6)

Beberapa usulan tersebut adalah berkirim surat kepada pemkot untuk meninjau kembali kegiatan PTM, mencari informasi kebijakan pemkot terkait PTM, termasuk SOP terkait uji coba PTM, pengajuan audiensi dengan wakil wali kota terkait PTM dan diskusi  bersama dinas pendidikan dan Dewan Pendidikan Kota Surakarta (DPKS) terkait juklak dan juknis PPDB 2021.

Perlu diketahui bahwa di saat pandemi sekarang ini masih banyak orangtua yang masih was-was dan cemas bila  PTM dilaksanakan sedang sarana dan pra sarana serta infrastruktur tidak mendukung. Beberapa kekhawatiran yang mencuat tersebut di antaranya, apakah gurunya sendiri juga bisa memastikan bisa menjaga jarak dan murid? Atau adakah catatan dari pihak sekolah tentang guru yang memiliki penyakit komorbid sehingga mereka pun tidak berpotensi untuk membawa virus saat mengajar.

Meski kebijakan uji coba PTM memiliki standar yang ketat, di antaranya adalah disesuaikan kebijakan sekolah masing-masing dan orangtua boleh memilih untuk tidak mengijinkan PTM, tetapi kekhawatiran itu masih ada.

Dalam berbagai hal, ada pergeseran budaya saat pandemi ini, kaitannya dengan kesehatan dan perilaku hidup bersih dan mewajibkan penggunaan masker. Namun orangtua tidak bisa menjamin kelengahan yang bisa saja terjadi pada anak saat mereka berada di luar rumah.

Seperti yang dituturkan oleh Henrico Fajar, yang di kantor tempatnya bekerja memiliki program bersama kelompok remaja dan melibatkan mereka dalam perlindungan terkait COVID-19 dan menjamin rasa aman serta jauh dari penularan, menyadari bahwa beban orangtua itu semakin besar.

Pardoyo, pegiat isu pendidikan yang juga menjadi komite sekolah telah melakukan komunikasi dengan dinas pendidikan yang melakukan uji coba PTM dengan mengadakan evaluasi ke sekolah-sekolah dan banyak menemukan kendala dari implementasi uji coba tersebut seperti persoalan pengantaran siswa ke  sekolah  yang harus diantar oleh orangtuanya sampai pada bagaimana anak-anak tersebut menggunakan masker dan faceshield. Ia menjelaskan bahwa rata-rata sekolah yang menerapkan uji coba PTM hanya diikuti 25% saja dan materi pembelajaran sama antara yang daring maupun luring.

Sementara sejumlah permasalahan disampaikan oleh Nunung Purwanti, seperti persoalan mendasar terkait masih banyak siswa yang tidak memiliki telepn genggam saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), serta masih ada kesenjangan pengetahuan terkait COVID-19 di antara orangtua siswa.  Hal senada disampaikan Haryati Panca Putri menyikapi kesulitan ekonomi yang dialami sehingga telepon genggam yang sedianya untuk belajar tetapi malah dijual, serta keprihatinannya terkait tingginya angka kekerasan seksual di saat pandemi. (Adi C. Kristiyanto/Astuti)