Cegah Kedisabilitasan di 1000 Hari Kehidupan

Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang
 

Dr. Zaenal Abidin, S.H,M.H, dari Pokja Kesehatan menjadi moderator diskusi publik yang dihelat oleh KPAI dan beberapa lembaga pada Jumat (18/10) memberi pengantar bagaimana saat ini isu stunting nenjadi isu utama tetapi jangan lupakan isu lainnya yakni banyaknya kasus anak dengan kelebihan berat badan.

Kemudian yang tak kalah penting adalah tema lama dengan rasa baru, menurut istilahnya, yakni kebijakan pembangunan kesehatan inklusi bagi anak difabel. Tema pemenuhan hal bagi anak difabel menemui banyak tantangan tetapi bukan berarti pemerintah diam atau pasif, hanya saja mereka mungkin kurang melakukan sosialisasi dan kurang kapabilitas. Belum lagi ditemui kurangnya kolaborasi.

Salah seorang narasumber diskusi publik, dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.A (K) , pediatri tumbuh kembang, mengatakan bahwa 1000 hari kandungan sejak hari pertama di dalam kandungan dan 700 hari sejak lahir itulah justru hal penting yang tidak boleh diabaikan.

Sedangkan jika sudah terjadi stunting, maka bisa diintervensi hanya sampai dua tahun saja. Setelah itu hanya bisa dipantau sehingga tidak ada komorbid. Menurutnya intinya pengamatan itu di 1000 hari kehidupan. Di usia dua tahun, otak anak usia dua tahun, sudah sudah terisi 80% otak orang dewasa. Jadi boleh dikatakan bahwa untuk pencegahan stunting atau bahkan kondisi ke disabilitas, fokusnya pada anak perempuan yang sudah menginjak usia remaja sebab di usia saat ini mereka nantinya bisa hamil.

Beberapa kondisi dalam kehamilan ada faktor risiko : mengalami infeksi selama kehamilan, lahir prematur, berat badan lahir rendah, nutrisi tidak ade kuat, stimulasi tidak optimal. Selain itu juga faktor kelainan perkembangan : keterlambatan perkembangan (usia 0-6 tahun) : motorik, bicara dan bahasa, personal - sosial, autis dan ADHD. Juga berakibat terjadinya retardasi mental/difabel intelektual.

Burden of Disease atau upaya sistematis dan ilmiah untuk mengukur besarnya perbandingan health loss dari semua macam penyakit besar untuk masyarakat semua umur, jenis kelamin, dan kondisi geografis dari waktu ke waktu. Sedangkan catatan data pada kondisi anak Indonesia saat ini adalah :
5 juta anak per tahun : terlambat bicara : 50.000 atau 10%, autis spektrum disorder : 30.100 (1:160), ADHD : 25.000 (5%), cerebral palsy : 10.000 (2:10.000) dan didapatkan data bahwa Retardasi mental/disabilitas intelektual sebanyak 8.250.000 (3% penduduk).

Intervensi Perkembangan Komprehensif semestinya bisa dilakukan yakni : adanya dukungan keluarga, intervensi biomedis, program pendidikan di rumah dengan interaksi dengan anggota keluarga, interaksi problem solving yang semi struktur, aktivitas motorik, sendirik, visual spasial, sosial dan aktivitas pendidikan lainnya, di program pendidikan di sekolah ada interaksi dengan guru dan teman sebaya, interaksi problem solving yang semi struktur, aktivitas motorik, sensorik, visual spasial, sosial, aktivitas pendidikan lainnya. Di samping itu dibutuhkan terapi-terapi khusus yakni okupasi, bicara dan bahasa, fisik, perilaku, dan sensori integrasi.

Tantangan- Tantangan Di Pihak Dokter dan Pembiayaan

Tantangan di tingkat dokter, dengan melakukan survey didapat : kurangnya waktu 80%, kurangnya biaya 65%, kurangnya SDM, kurangnya alat penunjang 50%, kurangnya pelatihan 40%, kurangnya pusat rujukan 40%.

Terkait pembiayaan ; konsultasi ke dokter spesialis anak konsultasi tumbuh kembang kisaran Rp. 200.000-Rp.1.000.000, sesi terapi Rp. 100.000-Rp.500.000, obat-obatan Rp. 200.000-Rp.750.000 jadi rata-rata 1 bulan Rp. 1.200.000-Rp.5.000.000 dan lamanya terapi adalah empat tahun. (Astuti)