Tim Pemberdayaan Masyarakat Unisri : Program untuk Kelompok Tani KOMPAK Semoga Berlanjut

Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang
 

Tim Pemberdayaan Masyarakat Universitas Slamet Riyadi Surakarta kembali memberikan pelatihan kepada Kelompok Tani KOMPAK di Desa Porang Paring, Sukolilo, Pati. Menurut Dr. Nanik Suhartatik, S.TP, M.P, Dekan Fakultas Teknologi dan Industri Pangan (FATIPA), meski saat ini di fase akhir program yang berkerja sama dengan Yayasan YAPHI, "Pemberdayaan Potensi Masyarakat Porang Paring Melalui Pengembangan Pasca Panen Hortikultura dan Buah" yang didanai oleh Kemendikbudristekdikti tahun 2024, tetapi ia berharap tidak selesai begitu saja sampai hadir industri yang sukses di Desa Porang Paring. Demikian disampaikan kepada Kelompok Tani KOMPAK pada Sabtu, 30/11/2024

Pada kesempatan tersebut, Kelompok Petani  KOMPAK mendapatkan pelatihan pembuatan stik nangka dan dodol nangka yang praktiknya dibantu mahasiswa FATIPA. Selain itu, tim juga mengevaluasi hasil olahan para petani seperti keripik pisang, geplak dan keripik pepaya dan mendapatkan banyak masukan terkait rasa makanan, sajian, dan pengemasan/pengepakan.


Di kesempatan yang sama, Edi Wibowo, S.E, M.M, Kaprodi Magister Manajemen Unisri memberikan pelatihan awal terkait manajemen pemasaran, sebab menurutnya ada teknik pemasaran yang perlu diketahui oleh para petani pengolah. Ia berharap produk yang dihasilkan nanti agar bisa dijual semua. Jadi perlu untuk melihat produknya nanti segmen pasarnya siapa, untuk khalayak luas, atau khusus remaja dan anak. Sebab semua peluang berkembang itu ada.

Kedua adalah target pasar apa, dengan produk untuk siapa? misalnya produk cocok untuk target oleh-oleh para wisatawan, yakni produk geplak. Seperti diketahui ada daerah yang sudah menghasilkan geplak di luar sana. Nah, produk para petani ini mau dibawa ke mana? mau posisi ada di bawahnya atau di atas atau bahkan melampaui secara kualitas. Dan itu akan dilihat bersama misalnya bentuk dan warna. Bagaimana terkait warna dan bentuknya, bisa jadi produk akan menentang pasar dengan harus punya pembeda. Hal itu bisa dengan menggunakan desain dicetak : bulat atau memanjang, karena menentang pasar maka harus berbeda.

Kemudian harus diperhatikan pula kualitas, kemasan misalnya dengan menggunakan label bahwa geplak adalah produk Desa Porang Paring dengan desain yang menarik. Selain itu juga harga yang penginnya penetapan harganya murah dan enak. Tapi itu tidak ada. Artinya jangan terpaku harga murah, sebab sebagai penantang baru harganya kompetitif yang bisa bersaing dengan geplak yang lain. Apalagi terkait harga barang baku yang kadang naik, kadang turun. Artinya harga akan menyesuaikan. Sebab kalau harga mahal jika enak pasti dicari pembeli. Menurut Edi Wibowo, di bisnis kuliner yang penting rasa, kalau rasa enak pasti dicari orang.

Terakhir adalah bahan baku yang digunakan harus bagus dan menggunakan pemanis gula asli. Serta strategi pemasaran yang digunakan bisa dengan daring dan luring.

Menutup pelatihan sebelum praktik memasak, Dr. Merkuria Karyantina, S.P, M.P, menyampaikan bahwa kalau pembuatan suatu produk tidak langsung akan jadi. Tetapi biasanya berulang dan ada modifikasi dan proses itu akan berjalan sampai menemukan yang pas. Seperti yang selama ini dilakukan oleh timnya. Ia mengapresiasi ide-ide baru yang muncul justru dari para petani seperti produk keripik pepaya yang mesti dievaluasi lagi misalnya bagaimana mengurangi kandungan minyak gorengnya. (Astuti)