Pentingnya Screen Time Anak Menurut Kesehatan

Penilaian: 5 / 5

Aktifkan BintangAktifkan BintangAktifkan BintangAktifkan BintangAktifkan Bintang
 

Baru-baru ini jagat maya sedang dikagetkan dengan tayangan viral seorang ibu yang mengunggah video anaknya, perkiraan usia anak masih balita, dengan kondisi mata yang bengkak. Si Ibu menuliskan keterangan kalau anaknya terlalu lama main telepon genggam. Itulah kemudian yang melatarbelakangi mengapa tulisan ini penting untuk diunggah.

Apa itu Screen Time? Screen Time adalah waktu yang dihabiskan untuk : Menonton televisi, menggunakan komputer/laptop , bermain video game, gawai. Dikutip dari akun instagram edufic.id, radiasi ponsel diklasifikasikan sebagai "kemungkinan karsinogen"pada tahun 2011 oleh International Agency for Research on Caster, bagian dari World Health Organization (WHO).

Untung mengurangi dampak radiasi, berikut ini tiga rekomendasi peneliti yang disarankan :

1. Memberi jarak aman dan waktu penggunaan. Idealnya jauhkan perangkat minimal 20-30 cm dari tubuh. Menurut studi, radiasi elektromagnetik menurun secara signifikan dengan meningkatnya jarak dari sumber radiasi. Semakin jauh jaraknya, semakin sedikit paparan radiasinya. Selain itu, sebaiknya tidak menggunakan perangkat nirkabel lebih dari satu jam per hari untuk mengurangi paparan kumulatif radiasi,2. Pilih Device Berkabel. Gunakan perangkat Berkabel sebanyak mungkin. Gantilah headphone nirkabel dengan yang berkabel. Pilih perangkat seperti keyboard, mouse, dan mikrofon yang menggunakan kabel atau bertenaga baterai, 3. Pada Malam Hari. Jika device tidak digunakan, matikan atau ubah dalam mode pesawat. Jika diperlukan, Anak dianjurkan tidak dekat gawai saat tidur. Sebisa mungkin, jauhkan barang elektronik dari kamar tidur, termasuk TV dan speaker audio. Gunakan jam alarm listrik atau baterai yang tidak terhubung ke wifi. Berikan jam alarm untuk anak jika mereka membutuhkan alarm untuk bangun pagi.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh dr. Dono (dr. Dono Baswardono) di akun instagram @dr. Dono  yang menuliskan dampak screen time yang berlebihan pada anak: 1.Telat wicara, khususnya pada bayi dan balita. 2. Pola tidur bangun yang terganggu. Banyak balita yang mengalami mimpi buruk atau tidurnya kerap terbangun.

3. Kesehatan mental terganggu, mengalami kecemasan, suasana hati mudah berubah, regulasi emosi buruk, dan mudah tantrum. 4. Perkembangan otak terganggu khususnya  pada korteks frontalis dan amygdala menjadi dominan. 5. Gaya hidup sedentary, senang menyendiri dan bermalas-malasan. Atau hanya suka rebahan saja. Ini berisiko pada penyakit metabolisme seperti obesitas, hipertensi, dan gangguan jantung. 6. Prestasi akademis terpengaruh, konsentrasi dangkal, fokus cenderung lompat-lompat. Kurang bisa memberi perhatian lama pada apa yang disampaikan oleh gurunya.

Pada generasi Z dan Alfa, telepon genggam sangat sulit disingkirkan sama sekali. Namun dengan otoritas orangtua, standar screen time bisa dilakukan dengan sehat. Berikut aturan-aturan yang bisa dipergunakan : a. Untuk bayi dan balita tanpa screen time sama sekali, kecuali untuk Video Call (VC) dengan orangtua bekerja pada jam tertentu. b. Untuk balita, maksimum 1 jam

 

Speech Delay, Salah Satu Dampak

 

Pada siaran Live Instagram  dr. Novhendra Murdani, seorang residen psikiatri,  menghadirkan narasumber dr. Yunita Handayani Gusmira, Sp.A, yang mengatakan berdasarkan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) anak dengan speech delay atau gangguan perkembangan yang menyebabkan terlambat berbicara. Biasanya mereka terdeteksi di usia dua tahun dan kasusnya banyak. Lalu tindakan yang dilakukan adalah dengan rehabilitasi medik di dokter rehab medik. Nah, salah satu penyebab speech delay biasanya karena screen time.

Kadang orangtua memiliki keyakinan lalu bilang "ini kontennya bagus." Kadang konten bisa menstimulasi ternyata bikin speech delay. Padahal dari lahir semestinya bayi sudah diajak bicara.

Lantas bagaimana jika menemui anak dengan speech delay? Bisa datang ke fasilitas kesehatan pertama lalu jika penting akan dirujuk ke dokter spesialis anak.

Screen time bisa diberikan setelah anak berusia dua tahun. Namun orangtua harus mendampinginya kemudian akan menstimulasi dengan memberi pertanyaan  "nonton apa itu? ".Artinya pengawasan harus ada. Menstimulasi  dengan cara lain yakni membacakan buku. Usia bayi tiga bulan sebenarnya orangtua sudah bisa membacakan buku.

Kadang orangtua tidak tegaan dengan memberikan gawai kepada anaknya. Karena dengan diberikan gawai anak bisa disambi atau diam sesaat/tidak rewel. Dan ada anggapan akan berakibat terlambat bicara tidak diperhatikan padahal bisa dibuktikan  secara ilmiah dampaknya.

Penulis mewawancarai Iis, seorang ibu yang memiliki anak usia empat tahun. Ia memiliki pengalaman dengan anaknya yang ketika usia tiga tahun tidak dibatasi penggunaan gawai. Lantas saat mengalami adiksi, ia kemudian memeriksakan anak tersebut ke dokter anak sebab anaknya sudah mengalami gejala perubahan perilaku, lebih sensitif, lebih mudah marah dan sulit untuk berkonsentrasi. Setelah berkonsultasi ke dokter anak kemudian diarahkan ke klinik tumbuh kembang dan menjalani terapi.  Sekarang setelah setahun berselang anaknya sudah menunjukkan perkembangan yang bagus. (Astuti)