Pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak Sekolah Dasar (SD) dan pesantren sangat penting untuk memberikan mereka pengetahuan dan keterampilan yang cukup tentang kesehatan reproduksi, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab tentang kesehatan reproduksi mereka.
Seperti dikutip dari Dr. dr. Eti Poncorini Pamungkasari, Sp.OG(K), seorang ahli obstetri dan ginekologi, pendidikan kesehatan reproduksi sangat penting untuk diberikan kepada anak-anak sejak dini, selain untuk meningkatkan kesadaran anak tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan bagaimana menjaga kesehatan reproduksi, mencegah masalah kesehatan reproduksi yang dapat timbul akibat kurangnya pengetahuan dan keterampilan dan meningkatkan kepercayaan diri anak untuk membuat keputusan yang tepat tentang kesehatan reproduksi mereka.
Sedangkan cara mengajarkan pendidikan kesehatan reproduksi yang menyenangkan dan interaktif, bisa dengan menggunakan media pembelajaran yang interaktif seperti video, gambar, dan permainan. Serta menggunakan contoh yang relevan dengan kehidupan sehari-hari anak dan mengajarkan keterampilan hidup yang penting, seperti komunikasi efektif dan pengambilan keputusan yang tepat.
Cerita tentang Fasilitasi Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Huda
Pagi itu, Selasa (22/4), Afi, Ame dan Fios dan seorang teman lagi sedang menunggu jam istirahat berakhir untuk selanjutnya mereka bersama teman-teman di dua kelas yang lain hendak belajar tentang hal yang baru, kesehatan reproduksi.
Menurut pengakuan beberapa siswa, sesungguhnya mereka sudah mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dari salah seorang guru, tetapi belum lengkap. Untuk itu mereka merasa antusias ketika mendengar kepala sekolah menyampaikan ada Kakak-Kakak dari Yayasan YAPHI kembali bertandang untuk mengajarkan kepada mereka terkait kesehatan reproduksi.
Pembelajaran kali ini kelasnya dibedakan antara siswa perempuan dan laki-laki yakni kelas 4,5 dan 6 dijadikan satu tapi menempati ruang yang berbeda antara siswa laki-laki dan perempuan. Kelas 2 dan 3 dijadikan satu dan menempati ruang yang berbeda. Sedangkan siswa kelas 1 menempati ruang yang berbeda pula.
Di kelas 1, fasilitator Renny dan Adi memberikan pemahaman kepada siswa tentang fungsi tubuh dan apa yang harus diketahui tentang tubuh mereka dan bagian mana saja yang boleh dilihat dan dipegang oleh Ibu. Mereka juga mengajarkan bagaimana cara membersihkan tubuh dengan mandi yang benar, mengakses toilet dan membersihkan alat reproduksi sesudah buang air. Pelajaran disampaikan dengan metode bermain, memadukan gambar dan interaktif.
Tak berbeda jauh dengan kelas 1, Aster, Tika dan Nisa, fasilitator dari Yaphi menyampaikan pendidikan kesehatan reproduksi melalui media video dan interaksi dan bernyanyi serta bertepuk tangan "Totelala".
Pembelajaran Bagi Siswa Perempuan di Kelas 4,5 dan 6
Diikuti oleh 31 anak, pembelajaran yang dimulai pada pukul 9.45 dan berakhir di jam 11.00, pendidikan kesehatan reproduksi di kelas 4,5 dan 6 khusus perempuan tersampaikan dengan baik oleh Dunung, fasilitator sekaligus mentor.
Pembelajaran diawali dengan memberikan pertanyaan kepada siswi apakah mereka sudah ada yang mengalami menstruasi dan dijawab oleh sebagian siswi bahwa mereka sudah mendapatkan siklus tersebut. Dunung lantas mengajak semua siswa melihat video tentang kesehatan reproduksi dan masa pubertas serta perubahan-perubahan atau tanda-tanda yang ada pada perempuan ketika sudah melewati masa pubertas. Pembelajaran pengetahuan tentang menstruasi atau haid dilengkapi dengan menjelaskan cara menjaga kebersihan alat reproduksi dan cara menggunakan pembalut baik pembalut produk pabrikan maupun pilihan pembalut kain.
Penjelasan tidak berhenti disitu sebab meliputi cara cebok yang benar. Dan pentingnya memiliki cara mencegah terjadinya kekerasan seksual dengan menjelaskan bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh, serta mengingat tepuk "Totelala".
Setelah para siswa melihat video, lantas fasilitator me-review dengan memberikan pertanyaan kepada mereka tentang apa itu masa puber, apa saja tanda-tanda pubertas pada perempuan, bagaimana cara menjaga kebersihan alat reproduksi dan berapa lama siklus menstruasi, lantas bagaimana cara cebok serta siswa diminta memperlihatkan bagian tubuh mana yang tidak boleh disentuh.
Evaluasi Bersama Sesudah Pembelajaran dengan Pihak Sekolah
Yosi, fasilitator yang mengampu siswa laki-laki kelas 4,5, dan 6 pada momen evaluasi bersama pihak sekolah usai pembelajaran menyampaikan bahwa semua siswa yang diampunya antusias untuk belajar. Ia mengatakan bahwa hampir sama dengan kelas perempuan, ia dan Handharu, fasilitator satunya mengawali dengan bermain dulu. Lantas menjelaskan bagaimana mandi yang bersih dan memperkenalkan dengan media gambar tentang jenis-jenis toilet.
Sesudahnya, fasilitator lantas menguraikan tentang kesehatan reproduksi dan mengapa ini penting diberikan kepada mereka. "Ada diskusi yang cukup gayeng karena muncul istilah-istilah dari anak- anak yang mengikuti media sosial. Lantas kami peringatkan untuk berhati- hati kala bermedia sosial."
Selain memaparkan terkait siklus mimpi basah, juga tak kalah penting adalah adanya lontaran bahwa ada sejenis perilaku bullying yang dapat merisak alat reproduksi dan ternyata bullying semacam itu masih ada. Ini sangatlah membahayakan alat kelamin.Mereka biasa menyebutnya "di- starter".
Fasilitator juga menjelaskan tentang gambar animasi organ laki laki yang mungkin kerap mereka lihat di media sosial dan memperingatkan agar tidak melihat konten porno karena dapat merusak otak.
Pihak sekolah yang diwakili oleh kepala sekolah dan beberapa guru menyampaikan rasa terima kasih kepada Yayasan YAPHI karena telah melakukan pendampingan dan memberikan pendidikan bagi siswa MI Miftahul Huda. Kepala sekolah berharap pendampingan akan terus berlanjut dengan pemberian pembelajaran yang selama ini tidak didapatkan oleh para siswa yakni terkait pencegahan kekerasan. (Ast)