Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang

Monster, Film dari Hirokazu Kore-eda mengajak para penonton untuk menilai suatu kejadian dari tiga perspektif berbeda. Menonton Monster bukan berarti langsung paham apa yang dimaui oleh sutradara dan penulis skenarionya. Sebab banyak plot twist yang kemudian mengarahkan kepada penonton bahwa sejatinya film ini memiliki sudut pandang dari tiga orang.

Monster berkisah tentang Saori yang diperankan oleh Sakura Ando, seorang ibu tunggal yang hidup berdua dengan putranya, Minato diperankan Soya Kurokawa. Suatu malam, Saori terheran ketika mendapati pertanyaan dari anaknya. Kala itu, keduanya tengah menyaksikan gedung tempat hiburan malam yang terbakar di balkon rumahnya. Minato kemudian bertanya,
"Bagaimana jika otak manusia digantikan dengan otak babi?” Pertanyaan yang nantinya akan menyambungkan benang merah dalam cerita. Simpan dulu misteri ini.

Pertanyaan tak wajar itu hanya dianggap angin lalu oleh Saori sampai ketika ia menyadari bahwa ada yang berbeda dari anak semata wayangnya itu; Minato yang tiba-tiba memotong rambut, botol minumnya terisi lumpur, hingga sepatunya yang hilang sebelah. Minato pun akhirnya mengaku bahwa dirinya dirundung oleh Hori diperankan Eita Nagayama, guru di sekolahnya.

Pada awalnya, penonton digiring untuk berprasangka bahwa Hori adalah sosok “monster” yang dimaksud dalam film ini. Lagian ada rumor negatif tentang diri Pak Guru Hori yang juga tersebar. Hal itupun semakin memperkuat dugaan bahwa Hori adalah sang antagonis. Namun, Kore-eda tak ingin membiarkan kita cepat-cepat menuduh sembarangan, sebab ada fakta lain yang terpendam dan akan terkuak seiring bergulirnya film.

Monster yang berjalan dengan konsep slow-burn layaknya film-film terdahulu Kore-eda secara perlahan mengungkap kejadian yang sebenarnya dari sudut pandang setiap tokoh utama. Meski bergulir dengan lamban, penonton dibuat penasaran seraya menerka apa yang sebenarnya terjadi. 

Ketika Hori sudah terpojokkan akibat banyaknya dugaan negatif atas dirinya, barulah giliran sudut pandang Hori yang berbicara tentang kejadian sebenarnya atas dugaan dari orang-orang dan Saori terhadap dirinya. 

Sementara sudut pandang Minato akhirnya mengungkap akar dari permasalahan yang bermuara pada prasangka buruk terhadap Hori, hingga pola pikirnya sebagai anak-anak yang terlihat polos, namun sebenarnya cukup kompleks. Minato bukan sekadar anak kecil yang suka bermain layaknya anak-anak pada umumnya. Lebih dari itu, ada berbagai hal rumit yang bergejolak dalam pikiran dan batinnya.

Di satu sisi, ada pula pihak yang enggan berusaha mengurai masalah. Ia justru mencoba menjaga agar nama baiknya tak ikut hancur. Hal ini direpresentasikan oleh Makiko Fushimi diperankan Yuko Tanaka sebagai kepala sekolah yang ingin menyelesaikan masalah tanpa berupaya menjadi penengah guna meluruskan kejadian yang sesungguhnya. Ia bahkan tak memberi Hori kesempatan untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya terjadi. Mungkin dipengaruhi oleh penggambaran bagaimana representasi dari generasi boomers atau baby boomers yang cenderung mapan dengan keadaan (ditempatkan sebagai inferior karena kronologi sejarah), dan tidak mau ribet,

Namun ada latar belakang trauma yang dialami Makiko terkait itu semua. Isu kesehatan mental menjadi representasi bagaimana seseorang terikat dengan traumanya sendiri. Pelik memang.

Masing-masing tokoh di film Monster membawa luka masa lalu. Seperti yang dialami kepala sekolah, namun juga Yori, si anak terperdaya atas perilaku kasar orangtunya. Ia yang sahabat Minato dan berusaha menyembunyikan persahabatan mereka di tengah masyarakat yang hanya mengenal tentang "normal' dan "heteronormatif" bahwa mereka yang memilik hubungan atensi atau bisa dikatakan afeksi mendalam hanya boleh dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Mereka, yang sama-sama memiliki luka, saling memberi perhatian yang lebih dan mengalami kecocokan di dunia mereka sendiri. Pemilihan "tempat tersembunyi mereka, sebuah gerbong bekas yang berada di bawah bukit, seperti bekas terkena bencana gempa.

Mereka memiliki dunia sendiri dan mengabaikan semua hal yang menjadikan luka di luar sana. Pennggambaran lokasi yang sungguh pelat, muram, bisa dimaknai betapa dunia mereka bisa asik dan gembira tatkala berdua merasakan apa yang namanya kasih sayang.

Film Monster bukan film biasa tetapi film yang membuat kita banyak merenung dan kembali merefleksikan diri. Seperti kata-kata yang diucapkan oleh Minato dan Yori, "Di mana moster itu?" jangan-jangan monster itu ada di dalam diri kita, yang diam-diam ikut menyalahkan atau gegabah menuduh dan menstigma orang tanpa melihat latar belakangnya. Atau monster itu ada di dalam diri kita yang tidak mudah untuk melihat perbedaan di depan mata. (Ast)



Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang

Film AGAK LAEN dibuka dengan suasana wahana pasar malam mirip seperti permainan judi rolet, yang kalah atau tidak tepat sasaran, maka si pemain yang berpakaian dan berlagak ala transpuan  lantas tercebur di bak besar penuh air berbahan kaca dan transparan. Sedangkan si pengumpan dan seluruh penonton di alam terbuka tersebut tertawa terbahak-bahak.


Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang

Bagian dari pertumbuhan seorang anak adalah suatu proses kompleks dari masa anak-anak menuju dewasa dan terjadi perubahan hormonal serta psikososial. Hal itu dipengaruhi banyak faktor dan melibatkan proses yang kompleks.