Buletin

Urban Citizenship Academy 2021, Kota Kita Kenalkan Tune Map

Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang
 

Kota Kita, pada tahun ini kembali menyelenggarakan Urban Citizenship Academy (UCA) atau Akademi Kewargaan Kota yang bertujuan melibatkan generasi muda untuk mendorongperubahan di kota-kota di Indonesia melalui edukasi dan praktik advokasi berbasis bukti. Sejak 2020, UCA bekerja sama dengan program Social Development Practice (SDP) - University College London (UCL) menyelenggarakan riset kolaboratif mengenai praktik gerakan sosial dan kampanye membangun kota yang lebih inklusif, khususnya bagi penyandang disabilitas, di dua kota: Banjarmasin dan Solo.

Memasuki tahap akhir kegiatan, inisiatif ini bermaksud membuat ruang diskusi bagi peserta dan publik yang lebih luas dengan membagikan pengalaman mengadvokasikan inklusivitas dan mendorong perubahan. Salah satunya adalah memperkenalkan aplikasi Tune Map yang inklusif untuk semua. 

Di Bandung saat ini ada anak-anak muda yang bergerak pada isu inklusivitas, seperti yang disampaikan oleh founder Tune Map, Gita Nofieka D. Pravitasari. Ia dan kawan-kawan menginisiasi lahirnya apalikasi Tune Map. Berlatar belakang data disabilitas yang belum ada atau ada tetapi tidak akurat. Padahal di Jawa Barat sendiri ada 500.000 orang dengan gangguan penglihatan, dan 3,5 juta difabel netra dunia ada di Indonesia. Gita dan kawan-kawan kemudian melakukan kolaborasi dan komunikasi dengan melakukan pemetaan akses.

Aplikasi ini diperuntukkan bagi pejalan kaki yang akses maupun tidak. Intinya, memberikan informasi kepada mitra  apakah jalan tersebut rusak atau tidak. Jadi memberikan info pula kepada netra apakah jalan tersebut akses atau tidak dengan cara memasukkan data ke aplikasi. Dengan sistem seperti itu maka teman netra bisa mengetahui tempat mana yang akses dan tidak.

Tune Map adalah aplikasi berbasis android yang dirancang agar masyarakat perkotaan bisa urun daya melaporkan kondisi trotoar/pedestrian, terutama keberadaan jalur aksesibilitasnya. Siapa pun dapat memetakan jalur aksesibilitas dan melaporkan setiap kondisi tidak normal pada jalur aksesibilitas yang memungkinkan kerawanaan kecelakaan pada disabilitas netra yang berjalan di trotoar.

Tune Map dibuat khusus untuk pejalan kaki. Kemudian Gita melakukan diskusi dengan pemkot Bandung yang hasilnya adalah sudah terkumpul sebanyak 4000 data dimasukkan ke aplikasi, kemudian dipindahkan ke audio yang intinya semua harus aksesibel.

Data yang direkam oleh Tune Map, ada titik, ada GPS, foto, memfoto tipe hambatannya, maka harus ada filter dari kecamatan, kelurahan, daerah mana yang paling akses. Tantangan yang dihadapi adalah banyak di pemerintah dan pemangku kebijakan, ada hambatan temporer dan hambatan permanen. Kalau guidingblock rusak maka harus ada laporan ke dinas PUPR, kalau taman yang rusak maka ke dinas pertamanan.

Ada kebingungan dari komunitas ketika mau menolong disabilitas netra. Demikian yang melatarbelakangi acara yang digelar oleh Gita dan kawan-kawan berlabel Map My Day. Tujuannya adalah memberi  training yang selalu menyasar banyak servis/layanan publik yang belum akses untuk semua. Seperti yang dikutip pada media pikiran-rakyat.com.Tune Map kembali menggelar Map My Day untuk memetakan titik trotoar yang rawan bagi perjalanan disabilitas netra, pada Sabtu, 27 April 2019. Hanya dalam waktu  empat  jam, puluhan peserta menemukan 700 titik rintangan yang menyulitkan perjalanan disabilitas netra di rute Balai Kota Bandung-Taman Pustaka Bunga.

Peran warga masyarakat dalam pelaporan ini sangat penting. Data yang terkumpul berbasis urun daya yang akan menjadi masukan bagi pemerintah setempat. Yang terpenting, data itu akan menjadi pemandu bagi disabilitas netra dalam menghindari titik rawan. Dalam pengembangan ke depan, Tune Map akan menjadi alat navigasi selama berjalan di trotoar Kota Bandung. (Astuti)