Kapan Pandemi COVID-19 Berakhir?

Penilaian: 0 / 5

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang
 

Dalam satu sesi tanya jawab pada even Forum Diskusi Denpasar 12 bertema Kewaspadaan Gelombang Ketiga COVID-19, sebuah pertanyaan menyeruak oleh peserta yakni kapan pandemi COVID-19 berakhir? Doktor Windhu Purnomo, dosen FKM Universitas Airlangga menjawab dengan menyatakan sebuah idiom bahwa pandemi akan berakhir saat “Cahaya yang berada di ujung lorong sudah tampak” ini artinya sudah ada cahaya di lorong, namun belum kelihatan lubangnya. Jadi sangat tergantung apakah kita nanti bisa terus berjalan, apakah kita akan salah langkah atau tidak. Menurut Windhu masyarakat sepertinya tidak mau bersabar dan persepsi masyarakat terkait risiko masih rendah. Ia menemui beberapa kasus Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang ketika belajar membaca dan menyanyi, mereka membuka masker dan itu diperbolehkan gurunya.

Sedangkan Rifqoh Ihdayati, seorang psikolog klinis menyampaikan beberapa tahapan perubahan perilaku masyarakat yang sangat berpengaruh apakah pandemi segera berakhir atau tidak. Tahapan tersebut antara lain : Kesadaran yang akan menyebabkan perubahan perilaku apabila dirasakan sebagai kebutuhan seperti aturan 5 M yang harusnya dijalankan dengan konsisten. Kedua berkaitan dengan minat untuk berubah muncul apabila pemahaman dan kesadaran diberikan oleh pihak yang dapat dipercaya, misalnya : pemuka agama, kepala desa dan nakes. Ia mencontohkan di Makassar peran pemuka agama sangat penting. Ketiga adalah percobaan, keempat evaluasi dan hasilnya diketahui lalu diinformasikan kepada masyarakat. Terakhir adalah menerima atau menolak.

 

Belajar dari Negeri Singapura

Sedikit gambaran mengapa di Singapura angka positif naik tetapi angka kematian sangat rendah sebab saat ini sedang dilakukan pembatasan-pembatasan. Semua orang melakukan WFH lagi. Semua diplomat setiap minggu disuruh swab antigen, tracing dilakukan dengan baik dan setiap orang memiliki trace together. Termasuk untuk orang lansia yang tidak memiliki smartphone mereka pakai trace together. Orang masuk Singapura harus dikarantina selama 14 hari dan ada gelang yang dihubungkan  Bluetooth dengan orang hotel tempat karantina. Yang melanggar ketika keluar kamar karantina akan kena denda  hingga 10 dolar Singapura atau enam bulan penjara.

Untuk vaksinasi, warga Singapura dalam waktu enam bulan harus mendapat booster sehingga angka vatalitas  meninggal dunia rendah. Mereka yang meninggal bersusia lebih dari 80 tahun dan memilki penyakit komorbid dan sudah divaksinasi. Vaksinasi di Singapura bukan mandatori tetapi volunteer. “Bahkan saat kunjungan Wapres Amerika Serikat, Kamala Harris ke Singapura, tetap menjalankan karantina. Ia dijamu di ruangan dan tidak diberi minum dan tidak boleh ke luar dari ruangan. Waktu transit di Hawaii pun harus melakukan swab PCR,” ungkap Dubes Singapura, Suryo Pratomo, dalam diskusi. (Astuti)