Lampu Merah Menyala tapi kok Bablas?

Penilaian: 5 / 5

Aktifkan BintangAktifkan BintangAktifkan BintangAktifkan BintangAktifkan Bintang
 

Sebuah penelitian yang dilakukan di Inggris tahun 2013 menyatakan bahwa seorang anak mampu mengajukan hingga 300 pertanyaan setiap hari. Tentu banyak di antara kita yang tidak heran dengan hasil penelitian ini. Anak-anak memang sering melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan sederhana yang terkadang mengundang tawa namun tidak mudah juga untuk dijawab.

Hampir sebagian besar pertanyaan seorang anak muncul dari pengamatannya terhadap lingkungan sekitar. Seperti ketika melihat induk ayam bersama beberapa anak ayam. Sebagai seorang dewasa, kita melihat kejadian itu sebagai hal yang biasa, namun dari mulut seorang anak kecil bisa saja terucap "itu anak ayam nya kok banyak banget, yang kakak mana yang adik mana?" atau "kok itu anak ayam jalan sama mama- nya terus, lha papa- nya kemana?". Mulut tertawa dan mau atau tidak otak harus berpikir bagaimana memberi jawab. Tak salah, karena memang begitulah logika berpikir mereka.

Dari banyaknya pertanyaan mereka, tak sedikit pula yang terkadang membuat kita terdiam sejenak. Bukan karena pertanyaan mereka aneh tapi karena pertanyaan polos mereka mengandung setitik kritik bagi kita orang-orang yang nampak lebih dewasa dari pada mereka. Seperti ketika mereka bertanya "Katane kalau lampu merah harus berhenti, trus itu kenapa yang naik motor masih ada yang bablas? Mosok udah gedhe nggak tau warna?".

Ah iya jadi tersadar kalau ternyata kita sudah diajarkan tentang lampu lalu lintas itu sejak duduk di Taman Kanak-Kanak (TK). Tapi mengapa pada awal tahun 2020 Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mengatakan jenis pelanggaran ketiga terbanyak yaitu melanggar marka di lampu lalu lintas atau traffic light, yakni 3.985 pelanggaran. 

Oh tunggu. Bisa jadi seperti ini. Ketika Taman Kanak-Kanak kita begitu senang mendengar berbagai dongeng seperti cerita Kancil Mencuri Timun atau cerita Semut dan Gajah atau cerita-cerita sejenis lainnya. Namun setelah dewasa kita mulai berpikir “mana mungkin hewan bisa bicara”. Nah jangan-jangan para pelanggar lalu lintas pun berlogika demikian, “ahh cuma tiang lampu doang, dilanggar pun tak akan berteriak protes. Selagi nggak ada polisi mah bablas juga nggak masalah,”. Sungguh, terdengar sangat bodoh.

Founder Jakarta Defensive  Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu mengatakan pengendara yang buruk bisa menjadi contoh yang tidak baik untuk generasi penerus. "Kalau dari kaca mata safety ini perilaku yang tidak aman. yang harusnya tidak kita lakukan. Dan ini akan dilakukan anak-anak kita, nanti akan ditiru. Selain itu melanggar aturan lalu lintas ini tidak bermoral, dan akhirnya anak-anak di bawah umur melihat ini akan menjadikan situasi ini jadi pelajaran untuk mereka nanti," kata Jusri.

Terdengar terlalu berlebihan? Jelas tidak. (Dorkas Febria Krisprianugraha)

 

Referensi:

https://id.theasianparent.com/ketika-anak-terlalu-banyak-bertanya/

https://www.jawapos.com/jabodetabek/06/08/2020/5-pelanggaran-terbanyak-saat-operasi-patuh-jaya-2020/https://oto.detik.com/catatan-pengendara-motor/d-4792413/malu-pelanggaran-lalu-lintas-jadi-contoh-buruk-bagi-anak-dan-cucu