Dipandu oleh Yosi Krisharyawan dan Astuti, Ngobrol Bareng Yaphi (NGO-PHI), siaran podcast di kanal YouTube Yayasan Yaphi edisi Hari Pers menghadirkan dua narasumber yakni Ichwan Prasetyo, redaktur Solopos dan Lukas Ispandriarno dari Katolikana, Rabu (6/2). NGO-PHI kali ini membahas tentang peran jurnalisme warga dalam demokratisasi informasi. Mengawali obrolan, Yosi mengemukakan pertanyaan mendasar tentang perbedaan pers dan jurnalisme warga. Bahwa jurnalis pers secara individu ada di bawah perusahaan dan ia mengalami sejumlah tahap pendidikan yang khusus, atau pelatihan. Tetapi tidak pun juga tidak apa-apa.
Jurnalis warga, meski dia tidak bekerja secara tetap di perusahaan pers tapi ia rutin mengirimkan karya ke perusahaan pers dan perusahaan pers mau mengakui bahwa ia kontributor berita, bisa jadi dia masuk ke sistem perlindungan itu. Kalau tidak masuk ke situ ya tidak dibawa perlindungan pidana UU ITE.
Perusahaan pers untuk mempublikasikan karya kalau sekarang lebih bebas, dan mungkin mereka akan layak disebut jurnalis warga kalau mereka menggunakan kredo jurnalisme yang dikerjakan biasanya dikerjakan oleh profesional ini. Atau paling tidak dia harus tahu kode etik.Menurut Lukas, selama si jurnalis warga menggunakan kode etik, kalau ia membikin konten ya jangan fitnah, jangan tanpa bukti, jangan menuduh tanpa ada verifikasi.
Ichwan menambahkan jika salah satu formal yang diatur undang-undang pers itu tidak kalah dengan dengan media sosial bahkan mungkin sebenarnya lebih legitimasi dari sisi validasi informasi. Pertanggungjawaban para jurnalis lebih dari sisi-sisi tinjauan profesional. “Ketika saya masuk ke dunia pers, saya berkarir sebagai wartawan masa demokrasi Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, yang sangat suka dari undang-undang ini memberi kesempatan untuk berdemokrasi untuk semua.Kalau sekarang tantangannya lebih berat, tapi yang berbeda, karena yang dihadapi sekarang, adalah realitas ketika semua orang bisa berbagi informasi,”tutur Ichwan.
Menjawab pertanyaan terkait kondisi pers saat ini yang terhimpit oleh berbagai kepentingan penguasa, oligarki dan ekonomi, apa yang bisa dilakukan oleh warga saat ini agar demokrasi tetap terjaga, Ichwan menjawab bahwa menghadapi banyak kepentingan yang kalau dalam konteks warga, ia berpikir apa yang dilakukan oleh para jurnalis profesional menunjukkan bahwa mereka masih dibutuhkan oleh peradaban untuk menjaga demokrasi. Sedangkan Lukas menjawab bahwa dialog dan diskusi masih bisa jalan dan tantangan yang berat adalah akses jaringan, terkait janji-janji politik pemerintah dan terkait masyarakat, lokalitasnya menjadi sangat penting tetapi mereka bisa hidup dengan dunia digital pun. (Ast)